Senin, 29 Desember 2014

Rangkuman Materi Training Motivasi



Rangkuman Materi

Hari          : Minggu
Tanggal     : 14 Desember 2014
Tempat     : Islamic Center Sumedang
Waktu      : 10.00-12.00 WIB
Pemateri  : Ustd. Kemas Mahmud Al-Hanif
Tema       : Ikhlas Beribadah, Istiqomah dalam Berdakwah, Bersama Melangkah Menuju Jannah.

 Dokumentasi Pribadi, Desember 2014
 
Hidup adalah anugerah yang harus dijalani dengan penuh senyuman. Menurut hasil penelitian, jika telinga manusia dibelah kemudian telinga bagian kiri dan kanan disatukan, maka akan berbentuk hati, di mana hati ini mngindikasikan kebenaran. Banyak orang sukses di dunia ini adalah dari kalangan mereka yang lebih banyak memfungsikan telingany auntuk mendengar. Bahkan antara orang yang buta dan orang yang tuli, banyak diantara mereka yang sukses namun tetap lebih banyak ada di kalangan mereka yang buta. Dalam Al-Quran pula selalu kalimat itu berbunyi “wallahu sami’ul basir” Allah Maha Mendengar dan Melihat. Sehingga ternyata telinga adalah alat indera yang paling utama. Maka awali dari telinga untuk mendengarkan kebenaran.
Tokoh utama dalam novel dan film negeri 5 menara, ketika dia awalnya diminta orangtuanya untuk sekolah di pesantren dia tidak mau karena anggapannya pesantren itu kolot, kuno, gurunya pun tua semua. Namun setelah ia memasuki pesantren itu ia mendapati bahwa gurunya adalah seorang yang masih muda. Kemudian gurunya mengajarkan sebuah kalimat yang menjadi kekuatannya hingga ia mampu meraih semua mimpinyaa. Kalimat itu adalah “Manjadda wa jadda” yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil. Maka dari itu niatkan dari sekarang untuk selalu bekerja dengan bersungguh-sungguh. Berkuliah dengan bersungguh-sungguh. Karena barangsiapa yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil.
Kita harus bersungguh-sungguh juga karena hidup itu adalah sebuah proses yang penuh perjuangan. Maka dari itu, jika ingin menjadi hebat maka hidup kita pun harus penuh perjuangan. Karena tidak ada kesuksesan yang instan.
Namun tentunya kita jangan lupa untuk bersyukur, agar kita selalu diberi kebahagiaan. Apa yang kita perjuangkan harus kita jalani dengan penuh rasa syukur. Berjuang yang keras agar tidak menjadi pribadi yang rapuh dikemudian hari.
Ada seorang mahasiswa UPI yang berangkat dari Bangka Belitung untuk kuliah. Beliau bernama Aidil. Aidil berkuliah sambil berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya di Bandung dengan berjualan pempek. Tapi dia juga tidak lupa belajar dengan tekun dan beribadah. Di kampus dia aktivis dan anak rohis. IPKnya selalu terbaik di jurusannya. Niatnya satu-satunya hanyalah membahagiakan orangtuanya, berjuang untuk keluarganya. Namun sayang, suatu hari di akhir semester dia divonis dokter dengan penyakit meningitis. Padahal saat itu skripsinya sudah selesai, dia tinggal menunggu sidang. Akhirnya dekan fakultas, rektor, menyepakati dia tidak usah sidang, lagipula memang ternyata skripsinya itu terbaik di fakultasnya. Namun sayang setelah kebijakan tersebut  justru Aidil malah meninggal dunia, dia diantar kembali ke kampung halamannya dengan gelar almarhum tanpa sempat diwisuda padahal ia mahasiswa terbaik, shaleh dan penuh semangat untuk belajar juga mewujudkan mimpinya. Namun Allah lebih menghendaki untuk Aidil diwisuda di syurganya kelak. Perjuangan Aidil tersebut harus kita contoh. Kita harus bisa menjadi mahasiswa mandiri dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dunia juga akhirat. Apapun yang terjadi, seberat apapun ujian yang dihadapi, kita harus tetap tegar dan semangat.
Belajar tentang makna kebahagiaan, kebahagiaan itu bukan ketika kita mendapatkan sesuatu, tetapi ketika kita memberi sesuatu. Bahagia itu bukan hanya untuk sendiri, tapi juga harus untuk orang lain. Manusia kecil hidup untuk dirinya sendiri. Manusia besar hidup untuk orang banyak. Hiduplah untuk berbuat sebanyak-banyaknya.
Ketika kita memiliki sebuah keinginan, jangan tinggalkan shalat. Shalat adalah hal yang harus paling diutamakan. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, Q.S. Adzariyat:56. Maka hidup ini selain harus diperuntukkan untuk berbagi dengan orang lain, juga utamakan untuk beribadah kepada Allah. “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”, Q.S. Muhammad:7.
Berjalanlah dalam Islam, karena dalam Islam ada ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan. Jadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola dan tauladan hidup. Michael Heart saja seorang ahli astronomi barat yang beragama kristen justru menenpatkan nabi Muhammad SAW sebagai urutan pertama dari 10 orang paling berpengaruh di dunia sepanjang zaman. Hal itu didapat dari yang ia dapati ketika ia berkeliling dunia dan mendengarkan redaksi suara adzan yang dikumandangkan di seluruh penjuru dunia ternyata sama. Idolakan dan contohlah Nabi Muhammad SAW, “sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah SAW suri tauladan yang baik (Q.S. Al-Ahzab:21).
Oleh karena itu mulai saat ini sebagai mahasiswa, berusahalah yang keras dengan penuh kesungguhan untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang mempercayai kita. Lejitkan potensi yang kita miliki sebagai mahasiswa dengan tetap berpegang teguh pada agama. If you think you can, yes! You can.
Berprasangkalah yang baik kepada Allah. Karena Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Jangan hanya membaca sejarah orang-orang hebat, tetapi catatlah sejarah. Jadilah tokoh dalam sejarah.  “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”, Q.S At-Tiin:4. Maka optimalkan potensi kita sebagai manusia yang telah Allah ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Dalam mengejar mimpi juga jangan lupa untuk meminta restu orangtua. Do’a ibu pada anaknya layaknya do’a nabi pada umatnya.
Serta renungkanlah ini agar kita lebih menyadari siapa kita dan apa yang kita inginkan dalam hidup.
1.         Apa tujuan hidupmu?
2.         Siapa yang ingin kamu bahagiakan?
3.         Hadiah apa yang ingin kamu berikan untuk orang yang ingin kamu bahagiakan?
Renungkanlah!

Hubungan Mitos dengan Kearifan Lokal



Hubungan Mitos dengan Kearifan Lokal
 Oleh Hafni Resa Az-Zahra

Dokumentasi Pribadi, Agustus 2013
 
Menurut Khairul, dkk (2008), mitos adalah bagian dari cerita/prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang mempunyai cerita.
Sementara menurut Mawardi & Nur Hidayati (2007), mitos adalah pengetahuan baru yang bermunuculan dan kepercayaan.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mitos adalah sebuah pengetahuan masyarakat yang dijadikan cerita dan diyakini oleh masyarakat benar-benar terjadi.
Adapun kearifan lokal berasal dari kata kearifan (wisdom) yang juga berarti kebijaksanaan, dan lokal (local) yang berarti setempat. Sehingga kearifan lokal dapat diartikan sebagai kebenaran setempat yang sudah menjadi bagian dari budaya dan memiliki nilai-nilai kebijaksanaan/kearifan.
Lalu bagaimana hubungannya antara mitos dengan kearifan lokal suatu daerah?
Kearifan lokal suatu daerah bisa muncul dari mitos yang diyakini oleh masyarakat di daerah tersebut. Mitos berasal dari rasa ingin tahu manusia akan kebutuhan non fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Karena saat mitos ini berkembang ilmu pengetahuan manusia belum sepenuhnya berkembang, dengan kata lain manusia hanya menafsirkan sesuatu melalui alat inderanya saja, sehingga apa yang tidak dapat dijangkau dengan alat indera dan penalaran manusia mereka akan berusaha menafsirkannya dalam bentuk pengetahuan hasil terkaan yang mereka yakini kebenarannya. Seperti halnya adanya gunung meletus, dulu manusia belum mampu menafsirkan penyebab mengapa sebuah gunung bisa meletus, sehingga mereka membuat penafsiran sendiri bahwa gunung tersebut meletus karena “yang berkuasa” di gunung tersebut sedang marah. Mulai dari keyakinan seseorang akan hal tersebut, maka merembet pula kepada yang lain hingga akhirnya keyakinan seperti itu memasyarakat dan menjadi budaya dari masyarakat setempat. Berawal dari keyakinan bahwa ada “yang berkuasa” di sebuah gunung, maka agar “yang berkuasa” tersebut tidak marah, maka masyarakat membuat sebuah keyakinan bahwa mereka harus menyenangkan “penguasa” gunung tersebut. Misalnya dengan memberi sesajen-sesajen, menjaga alam pegunungan, dan lain-lain yang dapat mencegah kerusakan alam di gunung tersebut. Oleh karena itu, terbentuklah sebuah kearifan lokal yang merupakan bagian dari tradisi masyarakat yang mempunyai nilai-nilai kebijaksanaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal bisa muncul dari mitos yang diyakini di daerah tersebut.
Mitos yang mengandung keraifan lokal akan membentuk pola perilaku masyarakat agar menjadi lebih hati-hati dan berbuat lebih baik lagi terhadap sesuatu yang dianggap bernilai, suci atau sakral. Seperti pada situs Sangkuriang di Citatah. Ketika masyarakat masih memercayai mitos tersebut maka potensi alam di gunung tersebut dijaga kelestariannya karena dianggap sangat bernilai dan sakral. Namun ketika mitos itu pelan-pelan mulai tidak diyakini masyarakat, maka kearifan lokalnya pun ikut memudar, masyarakat mulai berani mengeksploitasi atau membiarkan eksploitasi yang dilakukan oleh orang lain terhadap potensi alam di gunung tersebut karena nilai sakralnya dianggap telah hilang.
Memang seiring berkembangnya pengetahuan dan teknologi, mitos mulai kurang diyakini terutama oleh masyarakat modern yang telah melek akan pendidikan. Berbeda dengan masyarakat dahulu yang dapat menerima mitos dengan mudah karena pengetahuan masyarakat yang terbatas namun hasrat ingin tahunya terus berkembang, sehingga mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan untuk saat itu. Seperti yang dikatakan oleh Mawardi & Nur Hidayati (2007), bahwa mitos dapat diterima masyarakat karena:
a.       Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan oleh keterbatasan penginderaan, baik langusng maupun dengan alat.
b.      Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c.       Terpenuhinya hasrat ingin tahunya.
Kemudian bagaimana hubungannya antara mitos dan konsep kebudayaan?
Jika dihubungkan dengan konsep kebudayaan, maka mitos merupakan bagian integral dari kebudayaan. Mitos merupakan bagian dari kaidah kehidupan masyarakat, melibatkan pola pikir masyarakat yang berkembang pada zamannya. Mitos akan membentuk tradisi, kearifan lokal, keyakinan, kepercayaan, sampai nilai dan norma suatu adat daerah tertentu. Mitos bisa jadi merupakan produk kebudayaan suatu daerah atau justru membentuk budaya di daerah tersebut.
Contoh dari mitos merupakan produk kebudayaan suatu daerah adalah seperti peroses pemakaman Rambu Solo di tanah Toraja, kebudayaan untuk selalu meghormati kaum leluhur dan bangsawan di sana telah membuat masyarakat Tanah Toraja berusaha menguburkan mayat leluhur dan para bangsawan di kalangan mereka di dalam gua, batu, dan batang pohon karet. Mitos yang mereka yakini bahwa dengan menguburnya di dalam gua dan batu, maka leluhur mereka tidak akan terganggu dan bisa istirahat dengan tenang. Sementara di dalam batang pohon karet (khusus untuk mayat bayi), adalah agar bayi tidak kehausan karena getah karet yang menyerupai asi dapat diminum oleh mayat bayi. Adapun perihal mitos membentuk budaya di suatu daerah contohnya seperti pada gunung meletus di atas. Ketika diyakini gunung meletus karena “yang berkuasa” atas gunung tersebut marah, maka manusia berusaha membudayakan sebuah kegiatan/tradisi untuk membuat “penguasa” gunung tersebut tidak marah.
Bagaimana dengan mitos di daerah Sumedang?
Banyak sekali mitos yang beredar di daerah Jawa Barat, khususnya di daerah Sumedang ada sebuah mitos yang begitu diyakini oleh masyarakat di Dayeuh Luhur, Sumedang. Mitos tersebut adalah larangan memakai batik bila berkunjung ke situs makam Embah Jaya Perkosa. Mengapa demikian? Hal ini berasal dari sejarah permusuhan antara Kerajaan Sumedang Larang dengan Kesultanan Cirebon (1508-1601) yang disebabkan oleh perebutan Putri Harisbaya. Ketika Prabu Geusan Ulun pulang dari menunut ilmu di Demak, beliau mampir ke Kesultanan Cirebon. Di sana bertemulah Prabu Geusan Ulun dengan Putri Harisbaya yang merupakan istri Panembahan Rratu (Raja Kesultanan Cirebon). Diceritakan bahwa Putri Harisbaya tertarik kepada Prabu Geusan Ulun, dan pada suatu malam meminta Prabu Geusan Ulun untuk membawanya ke Sumedang. Singkat cerita setelah diketahui Putri Harisbaya menghilang karena dugaan penculikan oleh Prabu Geusan Ulun, maka dikehendakilah peperangan antara Kerajaan Sumedang dengan Kesultanan Cirebon. Namun yang berangkat ke medan perang adalah Embah Jaya Perkosa, sementara Prabu Geusan Ulun, Harisbaya tetap berada di Kutamaya lokasi Kerajaan Sumedang Larang pada saat itu. Embah Jaya Perkosa berwasiat dengan menanam sebuah pohon Hanjuang. Wasiat tersebut berisi jika Embah Jaya Perkosa gugur, maka pohon hanjuang itu akan layu. Sebaliknya, jika Embah Jaya Perkosa menang, maka pohon hanjuang itu akan tetap tumbuh. Namun timbul keresahan dari Prabu Geusan Ulun akan kekalahan Embah Jaya Perkosa di medan perang, oleh karena itu kerjaan Sumedang Larang dipindahkan dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur. Sampai kerjaan pindah ke Dayeuh Luhur, pohon hanjuang yang ditanam Embah Jaya Perkosa masih belum layu. Namun Embah Jaya Perkosa sendiri tidak kunjung kembali. Akhirnya diyakini bahwa meski Embah Jaya Perkosa belum terlihat, beliau telah mati dan makamnya secara simbolis ada di Dayeuh Luhur. Meski raganya belum diketahui, namun dendam antara Embah Jaya Perkosa dari Kerajaan Sumedang Larang dengan Kesultanan Cirebon yang berperang kala itu masih tetap membara hingga saat ini. Maka karena batik merupakan pakaian khas daerah wetan, yang dalam hal ini adalah Cirebon, batik tidak boleh dipakai di daerah Dayeuh Luhur.
Berdasarkan Natawirya (dalam Noorikhsan, http://salmanitb.com) mengemukakan “Pernah kejadian dulu reporter Lativi (sekarang TvOne) memakai baju batik. Tiba-tiba dia jatuh dari tangga makam. Setelah sadar katanya seolah-olah ada yang mencekik”.
Berdasarkan mitos tersebut, hingga saat ini sebagian besar masyarakat masih meyakini bahwa untuk menjaga agar hal-hal buruk yang tidak diinginkan terjadi, maka ketika berkunjung ke Dayeuh Luhur tidak boleh memakai pakaian batik sebagai bentuk penghormatan atas kejadian peperangan tempo dulu.

Sumber:
Mawardi & Nur Hidayati (2007). Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar. Bandung : CV Pustaka Setia.
Khairul, dkk. (2008). Sejarah untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
Noorikhsan, Faisal Fadilla. (2012). Dayeuh Luhur: Jejak-Jejak Kerajaan Sumedang di Kota Atas. [Online]. Tersedia: http://salmanitb.com/2012/09/17/dayeuh-luhur-jejak-jejak-kerajaan-sumedang-di-kota-atas/. (Minggu, 21 September 2014).

Analisis BAB Rantai Makanan

Analisis BAB Rantai Makanan
Buffalo Vs Lion, Who's Win?



Ekosistem merupakan kumpulan komunitas-komunitas lengkap dengan lingkungan fisiknya sebagai tempat hidupnya. Di dalam video ini terdapat sebuah ekosistem savana dengan komunitas singa dan buffalo (kerbau).
Berdasarkan pada rantai makanan, buffalo atau kerbau ini merupakan konsumen tingkat I karena mereka memakan tumbuhan hijau sebagai sumber energinya. Sementara itu singa merupakan konsumen tingkat II karena singa merupakan pemakan daging yang memakan konusmen tingkat I sehingga memanfaatkan energi kimia dari otot atau daging berupa protein/lemak sebagai sumber energinya.
Namun di dalam video tersebut ada sebuah peristiwa yang tidak hanya sebagai peristiwa rantai makanan. Melainkan menggambarkan sebuah fenomena kehidupan di alam bebas. Seperti tayangan saat Buffalo membunuh singa, itu bukan karena Buffalo membutuhkan energi dari singa melainkan karena ingin mempertahankan populasinya.
Singa untuk memenuhi kebutuhan energinya mereka berburu konsumen tingkat I yang salah satunya adalah Buffalo. Singa berburu Buffalo bersama kelompoknya, hal itu dikarenakan savana merupakan padang rumput yang sangat luas sehingga jika hanya satu singa saja yang berburu mereka tidak akan berhasil karena mangsanya bisa terlepas. Namun dengan cara berkelompok maka mereka dapat mengepung mangsanya dari segala arah. Hingga akhirnya singa dapat mencukupi kebutuhan energinya.
Sementara itu mengapa di video tersebut Buffalo dapat membunuh singa? Seperti telah disinggung di atas bahwa Buffalo ingin mempertahankan populasinya. Ketika segerombolan Buffalo melihat satu ekor singa mendekati mereka sendirian, dan mereka merasa terancam, maka segerombolan Buffao tersebut bersiap-siap untuk mempertahankan diri, mempertahankan kelompoknya dari ancaman singa. Dengan cara itulah mereka memberanikan diri untuk membunuh singa, seperti ingin melakukan balas dendam karena selama ini singa lah yang banyak membunuh Buffalo.
Dari gambaran video yang ada, jelas sekali bahwa hewan yang bukan penguasa di suatu ekosistem dapat membunuh penguasa ekosistem tersebut dengan hidup berkelompok. Kekuatan Buffalo tersebut ada pada kerja sama kelompoknya. Jika singa menggunakan kecepatan dan taringnya yang tajam, maka Buffalo menggunakan tanduknya yang runcing untuk membunuh musuh atau mangsanya.
Namun yang perlu ditekankan adalah bahwa ketika singa itu mati oleh Buffalo, maka singa bukan dimakan oleh Buffalo melainkan dibiarkan begitu saja sampai bangkainya dimakan elang atau hewan karnivora lain atau langsung oleh pengurai.

Analisis Teori Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dalam Kaitannya dengan Lingkungan Hidup



Analisis Teori Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dalam Kaitannya dengan Lingkungan Hidup
Oleh Hafni Resa Az-Zahra

Manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima kebutuhan dasar yang harus dicukupi. Berikut adalah tingkat kebutuhan manusia secara hierarkis dari yang paling dasar.
1.      Kebutuhan Fisiologis (Pshyological)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar dari manuisa, karena kebutuhan ini menyangkut fisik manusia. Kebutuhan fisiologis berupa kebutuhan makan, minum, bernafas, kebutuhan akan pakaian, dll.
Dari contoh-contoh kebutuhan di atas, seringkali kita tidak sadar bahwa dalam proses pemenuhan kebutuhannya, ternyata itu berdampak pada lingkungan. Segala interaksi yang kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan kita memiliki dampak terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya saja dari kebutuhan manusia terhadap makanan. Hal ini erat kaitannya dengan bahan pangan. Bahan pangan manusia didapat dari hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan. Mungkin secara kasat mata kita tidak pernah menyadari apalagi sampai mengkaji lebih jauh bagaimana prosesnya sehingga semua bahan pangan tersebut bisa kita konsumsi. Padahal jika saja kita mau merenungkannya dari sudut pandang yang kompleks, secara keseluruhan dengan memerhatikan segala aspek yang saling keterkaitan, ternyata keputusan kita dalam mengkonsumsi makanan apa yang akan kita makan itu bisa menentukan terhadap kondisi lingkungan. Satu keputusan kecil yang kita anggap hal biasa ternyata bisa berdampak luar biasa bila keputusan itu salah.
Sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dll., yang bersumber dari hasil pertanian dan perkebunan, ternyata ada beberapa di antaranya yang dalam proses pengolahan atau perawatannya memberi dampak negatif atau dengan kata lain merusak lingkungan kita.
Apa sajakah itu? Pertama misalkan dari hasil pertanian apapun itu berupa sayur-sayuran atau buah-buahan yang disemprot oleh pestisida. Sayuran atau buah-buahan yang disemprot menggunakan pestisida dengan tujuan agar terhindar dari hama justru itu malah merusak ekosistem alam. Rantai makanan akan terputus karena hewan-hewan yang merupakan konsumen tingkat II bisa kehilangan sumber konsumsinya. Mengapa demikian? Karena ulat, belalang, dll., tidak akan menghinggapi tanaman tersebut jika sudah disemprot oleh pestisida. Bahkan tidak hanya itu, penggunaan pestisida itu sendiri justru akan kembali berdampak negatif terhadap kita sebagai manusia. Di dalam pestisida terdapat zat-zat yang membahayakan jika masuk ke dalam tubuh. Jika pestisida itu disemprotkan pada sayuran dan buah-buahan, lalu sayuran atau buah-buahan tersebut kita konsumsi tanpa mencucinya terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami keracunan pangan. Contoh kasus keracunan pangan terbesar salah satunya adalah yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1985. Sebanyak 1.373 orang mengalami keracunan akibat memakan semangka yang ditanam pada tanah yang diperlakukan dengan pestisida aldicarb (Soerjani, dkk.;155).
Mengerikan sekali bukan? Ketika dengan pestisida sayuran dan buah-buahan tersebut menjadi nampak lebih segar dan menarik karena terlihat lebih sempurna tanpa ada lubang-lubang bekas gigitan ulat, namun ternyata dibalik keindahan itu tersimpan racun yang bisa membahayakan tubuh serta merusak ekosistem.
Oleh karena itu, hal yang sebaiknya dilakukan adalah membiarkan alam berjalan sebagaimana mestinya. Artinya di sini saat berkebun atau bertani, janganlah menyemprotkan pestisida untuk mengusir hama. Jika ingin hama tidak mengganggu hasil tani dan perkebunan, maka periksalah setiap hari pesawahan, kebun sayuran, dll dan jika terdapat hama maka buang atau manfaatkanlah seperti belalang bisa dimasak, agar tidak membahayakan lingkungan dan manusia.
Masalah pangan yang bersumber dari tumbuhan tidak cukup sampai di situ. Ada pula masalah lain, seperti masalah eksploitasi tanaman yang berlebihan. Eksploitasi tanaman yang berlebihan ini akan membuat tanah ditanami oleh tanaman yang terus-terusan sama jika tanaman tersebut sudah dipanen. Mungkin akan ada pertanyaan mengapa hal itu bisa menjadi masalah. Apa salahnya jika sebuah tanah ditanami tanaman yang sama terus-terusan? Tentu saja hal itu akan menjadi masalah. Alasannya karena jika sebidang tanah ditanami tanaman yang terus-terusan sama, maka akan ada kecenderungan tanah tersebut kehabisan unsur hara yang sama. Sebuah tanaman yang ditanam pada sebidang tanah akan menghisap unsur-unsur hara tertentu yang dibutuhkan dan terdapat di dalam tanah tersebut. Jika saja tanaman yang ditanam masih tanaman yang sama, maka lama kelamaan unsur hara tertentu yang terdapat pada sebidang tanah tersebut akan habis karena terus-terusan dihisap oleh tanaman sama yang membutuhkannya. Maka dari itu solusi yang bisa kita lakukan untuk menjaga kestabilan lingkungan dalam hal unsur hara adalah dengan melakukan rotasi penanaman. Misalkan jika kita sudah menanam daun bawang, maka beberapa bulan selanjutnya setelah dipanen kita bisa menanam jagung, dll., yang penting apa yang ditanam itu haruslah bergiliran. Memang dengan memberi pupuk pun itu bisa, hanya akan lebih bijak lagi dengan melakukan rotasi penanaman agar tanah tidak mengalami kejenuhan.
Selain dari tanah, sumber makanan manusia juga bisa didapatkan dari hasil laut berupa perikanan. Sering kita amati bahwa beberapa nelayan justru menangkap ikan bukan lagi dengan jala, melainkan dengan menggunakan bahan peledak (bom ikan). Bom tersebut diledakkan di air hingga ikan-ikan mati kemudian ikan-ikan tersebut ditankap. Tentunya hal itu sangat tidak beretika. Penangkapan ikan dengan bahan peledak merusak ekosistem laut. Bukan hanya ikan saja yang mati, melainkan biota-biota laut yang lain seperti terumbu karang pun ikut-ikutan mati. Padahal dibutuhkan puluhan juta tahun agar terumbu karang tersebut dapat tumbuh kembali. Selain itu juga menangkap ikan dengan bahan peledak bisa membuat konsumen mengalami keracunan pangan. Maka dari itu dibutuhkan hukum yang tegas dalam mengatur cara penangkapan ikan, karena kebijakan yang kurang tegas maka sampai saat ini masih saja ada yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak. Solusi lain yang harus dilakukan adalah meyakinkan para nelaya untuk menjaring ikan dengan jaring perangkap yang bisa ditanam di laut, jadi jalanya didiamkan di laut, diikat pada beberapa tiang, kemudian didiamkan selama satu hari dan hari selanjutnya barulah diambil.
Dari masalah pangan di atas baik itu pada bidang pertanian maupun perikanan, tentunya faktor yang tak kalah harus diutamakan sebagai solusinya adalah dengan menanamkan pemahaman kepada masyarakat untuk membantu kesejahteraan petani dan nelayan. Bagaimana masyarakat harus membeli hasil tani, kebun, dan hasil tangkapan ikan, yang merupakan produk lokal (tanpa mengimpor dari negara lain) dengan harga yang wajar sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Kemudian hal lain yang perlu disoroti adalah bahan makanan yang diolah berdasarkan proses insdustri. Banyak makanan-makanan instan atau makanan olahan yang kita konsumsi dibuat di pabrik yang ternyata tidak memerhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Contoh seperti pabrik-pabrik makanan ringan, dll. Atau yang dekat saja dengan lingkungan di Kabupaten Sumedang adalah pabrik tahu. Ada beberapa pabrik yang hasil limbah tahunya tidak ditampung di temapt khusus melainkan langsung dialirkan ke sungai atau selokan terdekat. Maka yang terjadi tentunya adalah pencemaran air. Oleh karena itu solusinya adalah dengan memperketat perizinan pendirian industri. Jika ada pihak yang ingin mendirikan pabrik industri maka harus diteliti dulu tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) nya. Jika memang industri tersebut sudah memenuhi kriteria misalkan direncanakan tentang bagaimana mengelola limbah industrinya, maka industri tersebut boleh didirikan.
Kebutuhan fisiologis yang lain selain dari bahan makanan adalah dari hal minuman. Manusia memiliki kebutuhan akan minum. Banyak sekali minuman kemasan yang kita ketahui beredar di pasaran Indonesia. Semuanya dikemas dalam kaleng atau botol-botol plastik yang susah terurai. Karenanya lebih baik kita membawa minuman sendiri dari tempat minum sendiri, misalkan gelas plastik bertutup yang bisa digunakan berkali-kali. Bukan dengan kemasan yang sekali buang. Selain menjadi lebih irit itu juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Di beberapa negara seperti Saudi Arabia yang mengelola air dengan baik, itu disediakan keran-keran dipinggir jalan untuk minum masyarakat. Jika masyarakat sedang dalam perjalanan dan merasa kehausan maka bisa minum dari sana. Indonesia mungkin jauh untuk sampai ke sana, karena minimnya daerah resapan air dan pencemaran air yang marak terjadi, maka air bersih sulit didapat. Karenanya daripada tidak sama sekali membantu mengurangi kerusakan lingkungan, lebih baik membawa air sendiri dari rumah untuk minum daripada harus membeli minuman kemasan yang bekasnya menjadi sampah yang susah terurai.
Selanjutnya adalah kebutuhan akan pakaian. Manusia membutuhkan pakaian dalam beraktivitas. Namun dalam pemenuhan tersebut terkadang manusia malah merusak keseimbangan alam dengan memanfaatkan bahan-bahan yang bersumber dari hewan-hewan langka. Seperti kulit harimau, kulit buaya, sepatu, dll untuk dijadikan pakaian dan aksesori. Maka solusinya kembali kepada kebijakan pemerintah sendiri, harus membuat aturan hukum yang tegas. Juga ditanamkan kepada masyarakat kesadaran akan kepunahan hewan-hewan langka, agar masyarakat mau ikut menjaganya dengan tidak membeli produk pakaian yang bersumber dari hewan-hewan tersebut.

2.      Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety).
Manusia dalam melangsungkan kehidupannya membutuhkan rasa aman. Aman dari ancaman, penjajahan, teror, dll. untuk memenuhi kebtuhan akan rasa aman tersebut tentulah manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung.
Semakin bertambah jumlah penduduk suatu negara, semakin bertambah pula jumlah perumahan atau hunian. Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak iklan di televisi yang menawarkan bisnis-bisnis properti seperti perumahan, apartemen, dll. Namun sadar atau tidak kita sadari, bahwa ternyata pembangunan tersebut berdampak pula pada kerusakan lingkungan. Pertama disoroti dari material-material pembangunnya, seperti kayu, pasir, batu, dll. Semua itu tentulah bersumber dari alam, yang jika dieksplotasi berlebihan tentu akan menimbulkan kerusakan alam. Mulai dari penebangan pohon secara ilegal dan berlebihan yang berdampak pada bencana longsor, banjir, rusaknya ekosistem hutan, dan menipisnya paru-paru dunia. Ada pula penambangan pasir yang membuat kaki pegunungan menjadi gersang, seperti di daerah Cibeureum, kaki gunung Tampomas. Jika ditelusuri ternyata justru tempat penambangan pasir di sana tidak semuanya mendapat izin dari pemerintah daerah. Ada beberapa penambangan ilegal yang masih beraktivitas. Dan baik yang ilegal maupun legal, hanya sedikit perusahaan penambangan yang sadar untuk kembali menanami daerah bekas penambangannya dengan tanaman dan pepohonan. Oleh karena itu solusi yang baik untuk dilakukan adalah dengan mengkaji kebijakan dan perizinan di setiap pemerintah daerah. Karena tidak menutup kemungkinan perizinan yang mudah untuk membuat komplek apartemen dan perumahan, itu membuat semakin tingginya angka alih fungsi lahan. Daerah yang semula harusnya menjadi daerah resapan air, daerah pertanian, malah dijadikan perumahan. Dan hal itu diperparah dengan buruknya drainase, maka pantaslah jika terjadi banjir. Sudah tanah resapan air ditutup dengan semen, drainasenya pun buruk. Kemudian perizinan dalam hal penambangan juga perlu lebih diperhatikan. Jangan sampai perusahaan penambang pasir dll, mereka mengeruk keuntungan sendiri sementara lingkungan tidak diperhatikan.
Solusi lain adalah mendirikan rumah yang ramah lingkungan. Rumah yang ramah lingkungan adalah yang keseluruhan tanahnya tidak dihabiskan untuk bangunan, melainkan disisakan untuk pekarangan dan banyak ditanami tumbuhan dan pepohonan, sehingga adanya sirukulasi udara yang baik dan sinar matahari bisa masuk, serta terdapat pula daerah resapan air.

3.      Kebutuhan akan Kasih Sayang dan rasa Saling memiliki (Love/Belonging)
Manusia dalam berinteraksi, mereka mabutuhkan relasi agar terciptanya sebuah kondisi harmonis, rasa kasih sayang, dan saling memiliki.
Tentunya relasi itu harus dibangun dari hubungan/pergaulan dalam dimensi persahabatan dan keluarga.
Karena itu manusia membutuhkan sebuah sarana hiburan atau kegiatan yang bisa menciptakan hubungan tersebut sehingga terciptalah rasa kasih sayang dan saling memiliki. Misalnya saja dengan kegiatan-kegiatan outbond, hiking, camping, dll. Selama kegiatan itu mampu menciptakan kebersamaan dan membangun chemistry satu sama lain maka akan dilakukan manusia demi memenuhi kebutuhannya. Namun sering kali yang kita lakukan dalam kegiatan outdoor tersebut adalah hanya mengenal lingkungan, bermain di alam, tanpa mau menjaga kelestariannya bahkan cenderung merusaknya. Seperti misalkan ketika kita bersama sahabat-sahabat kita naik ke puncak gunung untuk berlibur. Sebelum perjalanan kita membawa beberapa bekal makanan dan minuman untuk di puncak. Setelah sampai di sana kita memakan dan meminumnya, sedangkan bungkus-bungkus makanan dan minuman tersebut malah kita tinggalkan tidak kita bawa turun kembali. Di sanalah kita telah merusak lingkungan. Atau justru sampah tersebut malah kita bakar sehingga terjadinya kebakaran hutan atau pencemaran udara. Maka dari itu akan menjadi lebih baik ketika kita sambil bermain di alam ikut juga menjaga kelestariannya. Seperti setelah naik gunung, sampah-sampahnya dibawa kembali tidak ditinggalkan di sana.

4.      Kebutuhan penghargaan (Esteem)
Kebutuhan penghargaan ini terkait dengan kebutuhan diri untuk dihargai oleh orang lain, kepercayaan diri, prestasi, dll. Kebutuhan akan penghargaan ini banyak menyangkut dengan pujian, tanda jasa, hadiah, dll.
Contoh dari kebutuhan akan penghargaan ini ada beberapa yang terkait dengan lingkungan. Dari tadi banyak disinggung mengenai kebijakan. Ada kalanya pihak yang memutuskan kebijakan dan yang merasa keberatan terhadap kebijakan memiliki keinginan untuk sama-sama dihargai. Hanya saja konteksnya menjadi negatif ketika keinginan untuk dihargai tersebut adalah memaksakan kehendak dengan cara halus.
Misal tadi di atas, terkait dengan kasus penambangan pasir ilegal. Sesama manusia pemimpin dari perusahaan penambangan tersebut mempunyai ego tersendiri sama halnya dengan pemerintah daerah yang membuat kebijakan. Pemimpin perusahaan penambangan ingin pertambangannya tetap ada, sementara pemerintah daerah tetap bertahan terhadap kebijakan bahwa penambangan secara ilegal itu dilarang. Sebagai bentuk penghargaan terhadap pemerintah daerah terkait, dan untuk melancarkan urusan izinnya maka pemimpin perusahaan pertambangan tersebut melakukan negosiasi dengan pemerintah daerah agar meski ilegal penambangan tersebut tetap berlangsung. Dalam hal ini tentunya dengan mengadakan gratifikasi dan suap terhadap pemerintah daerah, sehingga karena merasa sama-sama mengerti bagaimana cara untuk menghargai maka perizinan pun menjadi lancar dan mudah.
Dari sana kita tahu bahwa dibutuhkan solusi yang menyeluruh dari semua elemen masyarakat untuk ikut mengawasi pemerintahan. Jangan sampai karena hanya mementingkan penghargaan untuk diri sendiri dan kelompok tertentu maka kebijakan yang diambil justru berdampak buruk bagi lingkungan.

5.      Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)
Manusia perlu mengekspresikan dirinya, mengaktualisasikan dirinya, menunjukkan eksistensinya tentang siapa dirinya dan apa yang dirasakannya. Itulah kebutuhan aktualisasi. Salah satu contoh dari kebutuhan aktualisasi, khususnya bagi perempuan adalah dengan mempercantik diri terutama dalam momen-momen tertentu. Misalkan dalam sebuah pesta pernikahan, baik itu pengantin perempuan, keluarga dan kerabatnya, sampai pada tamu-tamu undangan perepmuan mereka ingin terlihat cantik. Salah satu caranya adalah dengan menata rambut sedemikan rupa. Dalam proses penataan rambut tersebut ada sebuah benda yang digunakan yang mempunyai efek untuk membuat rambut tetap rapi, yaitu hairspray. Jika dikaji lebih jauh, ternyata hairspray itu mempunyai zat berbahaya. Propellan alkohol yang terkandung dalam hairspray sama-sama bisa menyumbangkan penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon sehingga berdampak pada pemanasan global.
Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan jika ingin terlihat lebih cantik di pesta adalah dengan menggunakan jilbab untuk perempuan muslim. Karena dengan jilbab perempuan akan terlihat lebih cantik. Dan itu tidak perlu penataan rambut yang ribet sampai menggunakan hairspray. Bahkan jilbab masa kini juga sudah banyak modelnya sehingga cocok juga untuk dipakai ke pesta. Atau jika yang enggan menggunakan jilbab, tatalah rambut sebaik dan serapi mungkin namun tidak perlu menggunakan hairspray.

Semua pemaparan di atas merupakan contoh-contoh kecil yang baik kita sadari atau tidak ternyata mempunyai dampak bagi lingkungan. Kita tinggal dalam dimensi ruang, sehingga kegiatan apapun yang kita lakukan pastilah berhubungan dengan konteks keruangan, bersinggungan dengan lingkungan. Maka dari itu kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan atau melakukan aktivitas-aktivitas, mana yang kiranya baik dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, mana yang justru sebaliknya malah berdampak negatif pada lingkungan.