NAMA : HAFNI
KELAS : 2-A
INOVASI KURIKULUM
Kelompok
7 membahas tentang inovasi kurikulum berbasis kompetensi, inovasi kurikulum
berbasis masyarakat, serta inovasi kurikulum berbasis keterpaduan. Dari apa
yang dibahas tersebut, diperoleh pertanyaan-pertanyaan seperti di bawah ini:
Fitria
absen 37
“Dalam
setiap inovasi kurikulum, dari kurikulum KBK sampai KTSP, apakah peran guru
mengalami perubahan? Jika Iya, bisa dijelaskan peran guru dari setiap inovasi
kurikulum itu seperti apa?”
Saat
itu pemateri menjawab bahwa peran guru tetaplah sama. Guru sebagai pemberi
bimbingan, sebagai fasilitator. Hanya dalam setiap kurikulum itu ada penekanan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, itu lebih berorientasi kepada siswa.
Inovasi kurikulum berbasis keterpaduan menekankan pengetahuan yang dimiliki
oleh siswa. Jadi siswa lebih berperan aktif dan guru sebagai pembimbing.
Ketika
yang ditanyakan adalah KTSP, maka saya teringat sesuatu yang pernah saya dengar
dari salah satu dosen bahwa KTSP merupakan penyempurnaan dari KBK, peran guru
tetaplah sebagai pembimbing, tapi guru mempunyai otonomi sendiri dalam proses
penyampaiannya. Karena KTSP itu peyampaian tergantung guru pada tingkat satuan
pendidikan masing-masing. Seperti pembelajaran pada KTSP itu ditentukan oleh
tingkat satuan pendidikannya masing-masing, di mana pembelajaran itu harus
melihat potrensi apa yang dimiliki daerah tempat satuan pendidikan itu berada.
Selanjutnya
adalah pertanyaan dari Widia, “Dalam kurikulum 2013 ranah afektif, kognitif,
psikomotor terpisah, sedangkan dalam KTSP masih menyatu. Dalam kurikulum 2013
apakah KD 1 dan 2 dibuatkan RPPnya atau tidak? Inovasi tersebut berhasil
diterapkan tidak?”
Jadi
Widia bertanya karena dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada kurikulum
2013 itu pada nomor 1 dan 2 KI/KD-nya adalah ranah sikat atau afektif sedangkan
yang nomor 3 adalah kognitif atau pengetahuan, dan nomor 4 adalah psikomotor
atau keterampilan. Tetapi ketika kemarin membuat RPP bahasa Indonesia terpadu,
itu hanya KI/KD nomor 3 dan 4 saja yang digunakan karena katanya nomor 1 dan 2
itu tersirat. Maka dari itu Widia bertanya seperti itu.
Ketika
itu pemateri menjawab bahwa dalam kurikulum 2013 memang KI/KD nomor 1 dan 2 itu
tidak dicantumkan dalam RPP. artinya tidak dimuatkan pada RPP
Namun
ketika itu Delia menyanggah bahwa seharusnya KI/KD dalam kurikulum 201 ini
dicantumkan dalam indikator saat membuat RPP.
Dan
Tira Widianti juga menambahkan setelah browsing dari interet menurutnya dalam
RPP kurikulum 2013 KI/KD nomor 1 dan 2 itu ada yang dicantumkan, ada juga yang
tidak.
Saat
itu saya tertarik untuk menambahkan, namun juga sekaligus bertanya-tanya. Jika KI/KD
nomor 1 dan 2 pada kurikulum 20113 yang cakupan ranahnya adalah afektif, tidak
dicantumkan nanti bagaimana? Sedangkan dari kurikulum 2013 ini aspek afektif
lebih diutamakan. Sehingga menjadi dilema bagi saya. Namun menurut saya lebh
baik KI/KD yang nomor 2 ini dicantumkan dalam RPP, karena RPP memuat
langkah-langkah pembelajran, jadi mengingatkan juga kepada seorang guru dalam
mengajar agar apa yang dijadikan indikator itu nantinya bisa diukur dalam
evaluasi.
Selanjutnya
adalah pertanyaan dari Aam Ramina Ayu, “Seiring berjakannya kurikulum, tentunya
siswa kan yang mendapat dampak positif dan negatifnya secara langsung.
Bagaimana cara guru dan siswa menyesuaikan diri untuk bisa loncat dan berpindah
dari kurikulum yang lama ke kurikulum yang baru?”
Saat
itu Wafa sebagai pemateri menjawab yang menurutnya dengan berjalannya waktu
nanti juga akan terbiasa. Namun Andi Permana Sutisna menyanggah, bahwa
menurutnya mindset setiap orang harus diubah. Jangan menganggap baru, karena
kuriulum 2013 ini menyempurnakan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Terlepas
dari keduanya saya rasa keduanya ada benarnya. Pertama memang seseorang akan
terbiasa terhadap hal-hal yang memang sudah menjadi rutinitasnya. Seperti dalam
belajar saja ada conditioning teori, maka lebih ditekankan kepada sebuah
pembiasaan. Hanya saja akan lebih baik jika pembiasaan itu disertai upaya sadar
dengan mindset yang positif terhadap inovasi kurikulum 2013 yang pada
hakikatnya adalah untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar