Senin, 29 Desember 2014

Resume Pembelajaran: Inovasi Kurikulum




NAMA   : HAFNI
                                                                                KELAS   : 2-A


INOVASI KURIKULUM
Kelompok 7 membahas tentang inovasi kurikulum berbasis kompetensi, inovasi kurikulum berbasis masyarakat, serta inovasi kurikulum berbasis keterpaduan. Dari apa yang dibahas tersebut, diperoleh pertanyaan-pertanyaan seperti di bawah ini:
Fitria absen 37
“Dalam setiap inovasi kurikulum, dari kurikulum KBK sampai KTSP, apakah peran guru mengalami perubahan? Jika Iya, bisa dijelaskan peran guru dari setiap inovasi kurikulum itu seperti apa?”
Saat itu pemateri menjawab bahwa peran guru tetaplah sama. Guru sebagai pemberi bimbingan, sebagai fasilitator. Hanya dalam setiap kurikulum itu ada penekanan. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, itu lebih berorientasi kepada siswa. Inovasi kurikulum berbasis keterpaduan menekankan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Jadi siswa lebih berperan aktif dan guru sebagai pembimbing.
Ketika yang ditanyakan adalah KTSP, maka saya teringat sesuatu yang pernah saya dengar dari salah satu dosen bahwa KTSP merupakan penyempurnaan dari KBK, peran guru tetaplah sebagai pembimbing, tapi guru mempunyai otonomi sendiri dalam proses penyampaiannya. Karena KTSP itu peyampaian tergantung guru pada tingkat satuan pendidikan masing-masing. Seperti pembelajaran pada KTSP itu ditentukan oleh tingkat satuan pendidikannya masing-masing, di mana pembelajaran itu harus melihat potrensi apa yang dimiliki daerah tempat satuan pendidikan itu berada.
Selanjutnya adalah pertanyaan dari Widia, “Dalam kurikulum 2013 ranah afektif, kognitif, psikomotor terpisah, sedangkan dalam KTSP masih menyatu. Dalam kurikulum 2013 apakah KD 1 dan 2 dibuatkan RPPnya atau tidak? Inovasi tersebut berhasil diterapkan tidak?”
Jadi Widia bertanya karena dalam Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada kurikulum 2013 itu pada nomor 1 dan 2 KI/KD-nya adalah ranah sikat atau afektif sedangkan yang nomor 3 adalah kognitif atau pengetahuan, dan nomor 4 adalah psikomotor atau keterampilan. Tetapi ketika kemarin membuat RPP bahasa Indonesia terpadu, itu hanya KI/KD nomor 3 dan 4 saja yang digunakan karena katanya nomor 1 dan 2 itu tersirat. Maka dari itu Widia bertanya seperti itu.
Ketika itu pemateri menjawab bahwa dalam kurikulum 2013 memang KI/KD nomor 1 dan 2 itu tidak dicantumkan dalam RPP. artinya tidak dimuatkan pada RPP
Namun ketika itu Delia menyanggah bahwa seharusnya KI/KD dalam kurikulum 201 ini dicantumkan dalam indikator saat membuat RPP.
Dan Tira Widianti juga menambahkan setelah browsing dari interet menurutnya dalam RPP kurikulum 2013 KI/KD nomor 1 dan 2 itu ada yang dicantumkan, ada juga yang tidak.
Saat itu saya tertarik untuk menambahkan, namun juga sekaligus bertanya-tanya. Jika KI/KD nomor 1 dan 2 pada kurikulum 20113 yang cakupan ranahnya adalah afektif, tidak dicantumkan nanti bagaimana? Sedangkan dari kurikulum 2013 ini aspek afektif lebih diutamakan. Sehingga menjadi dilema bagi saya. Namun menurut saya lebh baik KI/KD yang nomor 2 ini dicantumkan dalam RPP, karena RPP memuat langkah-langkah pembelajran, jadi mengingatkan juga kepada seorang guru dalam mengajar agar apa yang dijadikan indikator itu nantinya bisa diukur dalam evaluasi.
Selanjutnya adalah pertanyaan dari Aam Ramina Ayu, “Seiring berjakannya kurikulum, tentunya siswa kan yang mendapat dampak positif dan negatifnya secara langsung. Bagaimana cara guru dan siswa menyesuaikan diri untuk bisa loncat dan berpindah dari kurikulum yang lama ke kurikulum yang baru?”
Saat itu Wafa sebagai pemateri menjawab yang menurutnya dengan berjalannya waktu nanti juga akan terbiasa. Namun Andi Permana Sutisna menyanggah, bahwa menurutnya mindset setiap orang harus diubah. Jangan menganggap baru, karena kuriulum 2013 ini menyempurnakan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Terlepas dari keduanya saya rasa keduanya ada benarnya. Pertama memang seseorang akan terbiasa terhadap hal-hal yang memang sudah menjadi rutinitasnya. Seperti dalam belajar saja ada conditioning teori, maka lebih ditekankan kepada sebuah pembiasaan. Hanya saja akan lebih baik jika pembiasaan itu disertai upaya sadar dengan mindset yang positif terhadap inovasi kurikulum 2013 yang pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar