Senin, 29 Desember 2014

Contoh Penyelesaian Konflik dalam Bimbingan Konseling

Contoh Penyelesaian Konflik dalam Bimbingan Konseling

Sebuah tugas berhubungan dengan mata kuliah bimbingan konseling.



NASKAH DRAMA BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK 2
KELAS 2-A


Pemeran:                               
1.      Enok Erin sebagai Guru
2.      Eria sebagai siswa kelas 5 yang diejek
3.      Ida sebagai siswa kelas 5 yang mengejek
4.      Fajar sebagai siswa kelas 6 temannya Ida
5.      Ayu Nurlawati sebagai siswa kelas 5 teman Eria
6.      Nurul Awalina sebagai siswa kelas 6 teman Eria
7.      Wardini Sariningsih sebagai alumni teman Ida
8.      Leni Ade Putri sebagai alumni teman Eria
9.      Nita Yulinda sebagai ibunya Ida
10.  Hafni sebagai ibunya Eria

Guru      : Selamat datang kepada ibu Hafni, selaku ibunya Eria yang berkenan hadir hari ini, kepada ibunya Ida juga, kepada anak-anak ibu sekalian dari SD Sukamaju yang bersedia datang jauh-jauh ke SD Sindangraja ini. Ini, Ida kan ya? Lalu ini Fajar, betul? Beberapa hari ke belakang ibu sudah berbincang-bincang dengan salah satu guru di SD Sukamaju dan alhamduillah atas prakarsa beliau maka ibu dan anak-anak dari SD Sukamaju bisa hadir di sini. Namun yang bersangkutan kebetulan hari ini sedang mengikuti diklat maka dari itu beliau cukup mempercayakan kepada saya saja. Kepada teteh-teteh alumni juga ibu ucapkan terimakasih. Mohon maaf sekali hari ini ibu mengumpulkan orangtua dan kalian semua para siswa, ya mungkin kita semua sudah tahu tujuannya ya untuk apa hari ini kita berkumpul. Terutama kepada ibunya Ida dan ibunya Eria ya, dalam kesibukannya masih menyempatkan untuk hadir. Saya tahu, ibu tahu, dan ibu yakin sekali bahwa kita hidup di dunia ini tidak lepas dari permasalahan, selalu saja ada permasalahan. Namun yang harus kita ingat bersama adalah bahwa tidak ada permasalahan yang tidak dapat kita selesaikan. Pasti ada solusinya. Maka dari itu, hari ini kita duduk di tempat ini, berharap kita akan dapat menyelesaikan masalah ini bersama-sama. Ya bu ya?
Ibu-ibu   : Iya betul bu, betul.
Guru      : Iya, bu. Anak-anak, ibu sudah mendengar dari bu Hafni, ibunya Eria, persoalannya seperti apa. Yang ibu tangkap bahwa ini sebetulnya adalah sebuah permasalahan kecil, namun menjadi besar ketika sudah disangkut pautkan dengan kedua sekolah, bahkan sampai alumni pun ikut terlibat. Serta menjadi masalah ketika pertengkaran yang terjadi itu dari kedua belah pihak memakai kata-kata yang kasar. Bahkan sampai mengancam segala. Itu ibu hanya mendengar dari satu pihak saja, sekarang ibu ingin tahu, coba di sini siapa yang ingin bercerita terlebih dahulu tentang masalah ini, ada?
Hafni : Begini, bu, maaf sebelumnya saya menyela dulu. Saya sangat khawatir, malu, kesal, dan cemas juga. Anak saya diancam oleh orang lain bahkan dengan kata-kata yang kasar. Malunya, seolah-olah ini anak-anak semua seperti yang tidak dididik gitu bu, seperti bukan terpelajar, apalagi mereka masih Sd, sudah berani-berani mengancam. Saya takut bu, khawatir. Apalagi ketika anak saya diancam. Masa anak SD sudah berani main ancam-ancaman?
Nita        : Maaf bu, sebentar. Bukan ibu saja yang merasa seperti itu. Saya pun khawatir sebetulnya. Saya tidak pernah mengajarkan anak saya untuk berkata-kata seperti itu. Ibu tidak boleh menyalahkan anak saya sembarangan. Dia berkata seperti itu juga pasti ada sebabnya.
Hafni     : Lah, siapa yang menyalahkan anak ibu? Saya hanya mengungkapkan apa yang menjadi rasa khawatir saya!
Guru      : Sabar bu, sabar. Iya, saya mengerti. Bukan hanya Bu Hafni dan Bu Nita saja yang merasa seperti itu, tapi saya juga sebagai gurunya merasakan hal yang sama. Saya faham betul apa yang ibu sekalian rasakan. Saya merasa belum cukup baik dalam mendidik mereka, mungkin itu pula yang dirasakan ibu, benar?
Ibu-Ibu mengangguk
Guru         : Iya. Nah, sekarang ibu sebelumnya mau tanya dulu sama Eria. Sebetulnya maksud Eria mengupload foto kelas di facebook itu untuk apa?
Eria         : Bu, eria tuh kan bangga aja gitu sama kelas Eria, sama sekolah kita jadi sama Eria di upload. Tapi ada yang ngomentarin ga tau kenapa tiba-tiba ngejek SD Sukamaju jelek lah, sempit lah.
Ayu          : Iya bu, itu maksud Eria Cuma mau ngupload foto di facebook aja, kan oranglain juga banyak yang suka ngupload foto di facebook sama temen-temennya, jadi Eria juga kayak gitu. Eh tapinya malah dikomentarin yang jelek-jelek sama anak SD lain.
Guru           : Sekarang ibu mau tanya sama Ida, maaf ya mamahnya Ida sebelumnya. Ida, ibu mau tau kenapa sih Ida ngirim komentar kaya gitu?
Ida       : (Diam)
Guru    : Ida.. jawab saja nak, tidak apa-apa..
Nita      : Ayo jawab neng!
Ida         : Ya bu, kesel aja soalnya kaya yang sengaja atau gimana gitu itu di facebooknya. Awalnya ga langsung ngejek ko bu Ida juga. Ida ngirim komen wow kata ida tuh, nah sama Eria dibales lagi, apa kamu, katanya. Ya sama Ida juga dijawab lagi kamu kalo nanya yang sopan. Terus Erianya bilang kalo Ida juga ga sopan tiba-tiba ngirim komen kaya gitu.
Guru     : Oh, jadi awalnya Eria ga enak sama Ida itu gara-gara Ida yang sebelumnya tidak kenal sama Eria, Ida ngirim komentar wow, dan seolah-olah itu kayak ngejek gitu ya? Terus Ida juga gak enak sama Eria karena dibilang ga sopan gitu?
(eria dan ida mengangguk)
Guru    : Kalo gitu ibu mau tanya sama Ida, kenapa coba Ida bilang wow di komentar foto itu?
Ida        : Ya pengen aja bu, pengen komentarin fotonya aja. Ga ada maksud apa-apa. Kan orang-orang lagi musim bilang kayak gitu.
Guru    : Sekarang, coba ibu mau tau kenapa sampai anak-anak kelas 6 ikut-ikutan juga?
Nurul     : Ya ibu, Nurul ikut-ikutan soalnya ga enak lihat sekolah kita diejek-ejek sama mereka. Dibilang jelek, dibilang sempit. Malah itu Ida sama kakak kelasnya bilang awas aja katanya kalo Eria pulang sekolah nanti mau dicegat sama anak-anak SD Sindangraja. Mau dipukulin. Jadi ya sama nurul dibela.
Fajar         : Bu, saya ikut-ikutan soalnya gak enak ada adik kelas yang dibilang ga sopan. Soalnya waktu itu saya denger dari alumni kalo SD Sindangraja malah lebih gak sopan lagi. Waktu habis ada pertandingan sepak bola. Terus itu sebetulnya ngancamnya pura-pura bu, ga betulan kok.
Guru    : Apa iya seperti itu? gak sopannya gimana coba?
Wardini  : Jadi gini bu, dulu itu waktu habis pertandingan sepak bola SD Sindangraja kalah. Terus anak-anak SD Sindangraja malah gak nerima. Akhirnya anak-anak sepak bolanya pada dateng ke SD saya terus teriak-teriak kaya yang ngancam sambil ngehina kalo sekolah kita nyogok wasit lah, apalah.
Leni       : Iya tapi itu kan dulu emang banyak orang yang bilangnya kaya gitu? Saya sebetulnya bu kenapa ikut-ikutan, soalnya lihat adik kelas saya diejek, sekolah saya dihina lagi, apalagi diancam, kasian, jadi saya juga negebela.
Guru      : Ibu faham sekarang. Emang ya, ga enak kalo kita dihina, diejek. Ibu tau rasanya. Sedih, marah, kesal, dan pantas kakak kelas dari pihak masing-masing sama alumninya juga mau membela. Sebetulnya ini cuma masalah kecil. Namun malah jadi besar ketika melibatkan dua sekolah, orangtua, bahkan juga alumni. Coba sekarang ibu tanya, kalau kalian gak sampai saling ejek, saling hina pake kata-kata kasar, sambil ngancam juga, menurut kalian itu masalahnya jadi besar kayak gini engga?
Eria      : Ya engga bu..
Guru      : Nah sekarang, misalkan kalo Ida gak ngirim komentar iseng kaya gitu kira-kira Eria kesinggung engga?
Eria      : Engga bu..
Guru    : Kalo Ida, ada di posisi Eria. Dikirim komentar ieseng kayak gitu rasanya Ida akan kaya gimana?
Ida       : Iya sih bu, ga enak aja, kenal juga engga tiba-tiba ngirim komentar kaya gitu.
Guru      : Iya, ga enak kan ya? Jadi seharusnya kita tidak usah iseng ngirim komentar kalau misalkan hal itu tidak terlalu penting untuk kita, tidak ada hubungannya sama kita, apalagi kita juga gak kenal sama orangnya. Betul ga Ida?
Ida mengangguk.
Guru      :Terus juga Nurul, Fajar, itu kan kasus sepak bola yang dulu ibu juga tahu, sebetulnya itu sudah selesai, kenapa harus dibawa-bawa lagi, dipermasalahkan lagi? Kalo seandainya sekarang kasus sepak bola itu ga dibawa-bawa lagi kira-kira sampai akan ada alumni yang terlibat juga engga?
Fajar    : Engga bu.
Guru      : Nah, maka dari itu. Kalau diungkit-ungkit lag berarti masih ada dendam, padahal dendam itu tidak baik. Lagi pula kan sudah saling memaafkan. Lalu buat teh Leni sama Teh Wardini, kalian kelas berapa skarang?
Leni&Wardini : kelas 7 bu mau naik ke kelas 8.
Guru      : Nah, seharusnya sebagai kakaknya kalian lebih bisa mencontohkan yang baik-baik lagi buat adik kelasnya, jangan sama-sama malah ikut-ikutan kasar, ya teh?
Leni&Wardini  : Iya bu..
Guru      : Anak-anak, tolong dengarkan ibu semua. Di dunia ini tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Namun tidak selamanya manusia melakukan kesalahan, ada kala seseorang benar. Setiap orang sebetulnya punya hak buat mengekspresikan dirinya, kayak Eria ngupload foto ke Fb itu bentuk untuk mengekspresikan dirinya. Tapi setiap orang juga punya hak buat berpendapat, berkomentar,  tapi harus tau etikanya juga. Anak-anak, ibu yakin kalian semua itu sebetulnya tidak berniat saling mengejek, menghina. Betul kan? (anak-anak mengangguk). Di pelajaran PPkn kemarin, kita kan belajar untuk saling menyayangi, menghormati, menghargai, memaafkan, agar kita hidup rukun dan damai. Coba siapa di sini yang mau hidup rukun seperti itu?
Anak-anak mengacungkan tangan.
Guru      : Nah maka dari itu mulai sekarang kita harus saling menghargai, menghormati, menyanyangi, memaafkan.Kalian sendiri juga tahu bahwa yang paling baik dan berani itu orang yang berani mengakui kesalahan, dan berani meminta maaf duluan. Coba di sini  sekarang siapa kira-kira yang berani untuk meminta maaf duluan?
(Hening)
Guru    : Eria, ayo mau minta maaf duluan sama Ida, ga?
Eria      : Kan Ida duluan yang salah.
Guru      : Tapi kan Eria juga udah salah, ikut ngejek ida, sekolahnya ida. Jadi Idanya juga sama ikut ga enak, betul ga eria?
Eria      : Iya, betul. Ida maafin ya.
Ida       : Iya Ida juga minta maaf ya.
(Semua saling bermaafan termasuk alumni dan orangtua).
Guru      : Nah, alhamdulillah sepertinya permasalahan kita sudah selesai. Betul kan, tidak ada permasalahan yang tidak bisa kita selesaikan bersama. Asalkan kita mau duduk bersama dengan niat yang baik untuk berdamai maka Insya Allah permasalahan kita akan selesai. Ibu percaya untuk ke depannya kalian akan lebih baik lagi, lebih akur, tidak akan saling mengejek lagi. Benar begitu? Janji ya kalian tidak akan bertengar lagi setelah ini?
(anak-anak mengiyakan).
Guru      : Iya kalau begitu, ibu juga minta maaf dan sangat-sangat berterimakasih. Anak-anak dan ibu sekalian sudah bersedia untuk hadir hari ini untuk menyelesaikan masalah ini bersama-sama ya. Maaf jika ibu sendiri juga memiliki kesalahan-kelasalahan.
Nita      : Iya bu, tidak apa-apa justru saya sangat berterimakasih.
Hafni   : Betul bu, kami sangat berterimakasih sekali kepada ibu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar