Senin, 29 Desember 2014

Resume Pembelajaran: Inovasi Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi (Internet)



NAMA   : HAFNI
KELAS   : 2-A

INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI (INTERNET)

Teknologi informasi berperan besar dalam perubahan suatu negara.
Internet dapat digunakan sebagai pembelajaran di sekolah karena memiliki karakteristik yang khas, karena multi rupa, interaktif.
Faktor pendukung pembelajaran melalui Teknologi Informasi:
1.      Institusi, dengan menyediakan berbagai peralatan atau infrasturktur, biaya peralatan, dan biaya operasional.
2.      Masyarakat, keluarga yang menggunakan internet akan membuat anak dalam keluarga tersebut juga bisa menggunakan internet. Teman sebaya, anak mengenal internet juga dari teman sebaya.
3.      Guru, memberikan pemahaman kepada anak tentang internet, tentunya guru juga harus mengetahui dan memahami dulu internet.
4.      Siswa, menggunakan internet sebagai sumber dan media dalam belajar.
5.      Teknologi (client, server, mode distribusi, dukungan teknik).
Model-model pembelajaran internet:
1.      Web cource, menggunakan fasilitas internet seperti e-mail.
2.      Web centric course, penugasan, bahan, disampaikan melalui internet sedangkan diskusi pembelajaran dengan tatap muka. Presentase tatap muka lebih kecil dibandingkan dengan internet.
3.      Web Enchanced Course, menyediakan sumber-sumber belajar dengan menyediakan alamat-alamat internet yang bisa diakses secara online, presentase tatap muka lebih besar di sini.



Dari pemaparan pemateri di atas, terdapat beberapa pertanyaan seperti berikut:
Kelompok 12
Iik Faiqotul Ulya absen 32
Bagaimana mengoptimalkan proses pembelajaran E-Learning di SD dilihat dari segi fasilitas yang mana banyak SD yang belum memadai, atau memang di SD belum saatnya belajar menggunakan proses pembelajaran E-Learning?
Jawaban dari pemateri:
Ada empat faktor pendukung pembelajaran mengenai teknologi informasi agar pembelajaran tersebut bisa berhasil.
1.      Faktor lingkungan, ada institusi dan juga masyarakat. Institusi harus mempunyai komitmen dalam menyediakan layanan internet dll.
2.      Siswa
3.      Guru
4.      Teknologi.
Mengenai apakah sudah saatnya atau belum di SD menggunakan metde E-Learning, maka memang belum saatnya, tetapi tergantung kesiapan SD tersebut dilihat dari berbagai faktor yang ada.
Tambahan dari Habibah absen 4
Untuk mengoptimalkan pembelajaran tersebut yaitu dapat dilakukan seperti pada buku halaman 208.
Menurut Sa’ud (2008:208) dalam implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa digunakan, yaitu: Selective model, sequential model, static model, dan laboratory model.
Selective model bisa digunakan jika jumlah komputer di sekolah hanya ada satu komputer, maka guru harus memilih salah stau bahan dari internet untuk diajarkan kepada siswa.
Sequential model digunakan jika jumlah komputer di sekolah terbatas, misanya hanya ada dua atau tiga unit komuputer, maka misalkan siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan kelompok-kelompok tersebut bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber.
Static statition model, digunakan jika jumlah komputer terbatas, misalnya hanya ada dua atau tiga komputer, namun bedanya siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Misalkan dua kelompok mencari sumber dari internet dengan menggunakan  komputer, sedangkan kelompok yang lain mencari sumber belajar lain (non internet) misalnya dari buku, dll.
Terakhir adalah Laboratory Model, dimana jika jumlah komputer banyak maka siswa bisa lebih leluasa menggunakannya, misalkan satu siswa satu komputer.
Tentang apakah sudah saatnya atau belum di SD menggunakan internet, menurut saya sudah saatnya tinggal bagaimana peran guru membatasi dan memfiltrasinya.
Tanggapan saya sendiri, menurut saya memang sudah saatnya SD mengenal internet. Di era globalisasi ini penyebaran iptek berlangsung begitu cepat, sehingga tentu saja siswa secara tidak langsung akan mengenal internet. Namun harus ada pengawasan dari guru dan orang tua agar siswa menggunakan internet dengan bijak.
Jika seseorang tidak menggunakan internet di era globalisasi ini, maka orang tersebut akan ketinggalan zaman. Banyak wawasan dan pengetahuan yang bisa didapatkan dari internet. Bahkan sekarang sudah banyak situs berita online, maka akan semakin banyak sumber informasi.
Selain itu, pada umumnya siswa akan lebih antusias terhadap seuatu yang baru. Cara pengiriman tugas atau mencari bahan beajar dari internet, akan membuat siswa tertarik. Hanya memang sebelumnya siswa tersebut harus diajarkan dulu TIK.
Mengutip juga sebuah pemberitaan dalam edukasi.kompas.com di mana di sana ada perkataan Wakil Presiden Boediono, menurut Boediono, e-learning merupakan lompatan untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan Indonesia dengan dunia internasional.
"E-learning, apabila didesain dengan baik, akan dapat menjawab sebagian besar dari hambatan. Dan dengan itu, pemerataan pendidikan dapat kita percepat," kata Boediono saat memberikan Kuliah Perdana Universitas Surya di Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Boediono mengakui bahwa kondisi pendidikan Indonesia masih jauh dari harapan. Ia berharap setiap anak Indonesia di pelosok mana pun, apa pun latar belakang sosial ekonominya dapat dengan mudah dan murah memperoleh pendidikan yang bermutu.
Boediono mengatakan, banyak faktor yang mengakibatkan ketertinggalan pendidikan Indonesia, mulai dari keterpencilan, keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, hingga ketidakmerataan penyebaran guru yang mumpuni. Selain itu, adanya hambatan kemiskinan, biaya sekolah yang mahal, dan masih ada keluarga yang kurang menghargai pendidikan bagi anak-anaknya.
Boediono menyarankan agar e-learning dibangun berskala nasional dengan diterapkan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Jika diterapkan di perguruan tinggi, mahasiswa di mana pun, kapan pun dapat dengan mudah mengakses mata kuliah.
Selanjutnya adalah pertanyan dari Tira Widianti, kelompok 1:
Kelompok 1
Tira absen 20
Bagaimana efektivitas penggunaan internet di SD, perlu atau tidak? Fasilitas belajar dengan internet itu perlu, tetapi tidak semua kalangan bisa menikmati seperti wifi kurang memadai, dll. Lalu bagaimana solusinya?
Pemateri menjawab bahwa mengenai efektif atau tidaknya, menurut kelompok kami belum efektif, tapi bukan berarti tidak perlu. Mungkin seperti tadi yang dikatakan Tira sendiri bahwa anak SD itu harus sambil tatap muka. Mengenai keterbatasan fasilitas, solusinya? Tidak semua mahasiswa/siswa mempunyai laptop, maka harus ada Lab dan disediakan juga wifi. Kalau wifi terbatas, gunakanlah fasilitas Lab.
Tanggapan menurut saya, ya memang perlu di SD digunakan internet. Seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya, bahwa banyak sekali kelebihan dari internet yang dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Tinggal bagaimana guru dan siswa itu sendiri mengoptimalkan dan memanfaatkan internet secara bijak. Selain itu guru dan orang tua harus ikut mengawasi agar siswa tidak menyalahgunakan internet.
Terkait wifi, tanggapan dari saya, karena masalah wifi itu yang Tira keluhkan itu bukan berkaitan dengan permasalahan di SD, melainkan dengan permasalahan kita sebagai mahasiswa, maka untuk tetap dapat berdiskusi secara efektif dengan metode e-learning, selain dengan memanfaatkan lab kampus, juga mengapa tidak memanfaatkan smart phone saja. Hampir 50% di kelas ini sudah menggunakan android, dan bisa digunakan untuk wifi. Jika setiap ponsel android diaktifkan wifinya, maka setiap siswa yang tidak memiliki modem dan tidak bisa mengakses wifi, masih bisa menggunakan wifi android. Hanya memang butuh pengorbanan dan keikhlasan dalam menyumbangkan pulsa bagi para pengguna ponsel android di kelas ini.
Selanjutnya adalah pertanyaan dari Dyanti kelompok 2:
Kelompok 2
Dyanti Safitrilia  absen 5
Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran E-Learning di sekolah dasar?
Kelebihan:
1.      Memudahkan proses pembelajaran sehingga tidak hanya tatap muka saja tapi bisa juga dengan jarak jauh.
2.      Sumber belajar tersedia luas, jadi anak bisa menambah wawasan.
Kekurangan:
1.      Anak sering salah menggunakan, malah main game, dan lain-lain.
2.      Fasilitas internet kurang memadai/tidak ada.
Menurut Yusuf (2010, dalan http://mrcrocbread.blogspot.com) Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Jadi disini siswa benar-benar dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar.
Tambahan dari Tira absen 20
Anak SD belum bisa belajar mandiri. Sebatas mengirim tugas via e-mail, membuat fb, dll itu bisa. Tapi mungkin untuk belajar mandiri tanpa tatap muka itu akan cukup sulit.
Tanggapan dari saya, berdasarkan buku yang telah saya baa sebelumnya. Menurut Endang Sadbhudu dan I Made Nuryata, dalam buku “Pembelajaran Masa Kini” tahun 2010, bahwa ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam E-Learning.
Kelebihan E-Learning dalam proses pembelajaran:
1.      Mempercepat terjadinya proses pembelajaran yang mendasarkan diri pada Student Learning approach;
2.      Menumbuhkan kreativitas berpikir;
3.      Mendorong proses pembelajaran menjadi lebih efisien;
4.      Mendorong peserta didik berjiwa mandiri;
5.      Memotivasi peserta didik giat belajar;
6.      Menjadikan komputer sebagai alat bantu penyelesaian administrasi;
7.      Memberikan rasa keadilan pada masyarakat.
8.      Mengatasi kekurangan tenaga pendidikan dan meningkatkan efisiensi.
Adapun kekurangan dari E-Learning adalah:
1.      Kurangnya interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan peserta didik sendiri.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3.      Proses pelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.      Berubahnya peran guru yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini dituntut mengetahui teknik pembelajaran menggunakan IT.
5.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi tinggi cenderung akan gagal.
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah terjadinya listrik, telepon, atau komputer).
7.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.
8.      Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Melihat dari kelebihan dan kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran E-Learning, maka sudah seharusnya instansi-instansi pendidikan memfasilitasi sekolah-sekolah dengan internet dan sebisa mungkin bahu–membahu meminimalisasi hambatan lain yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar