NAMA :
HAFNI
KELAS :
2-A
INOVASI
PEMBELAJARAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI (INTERNET)
Teknologi
informasi berperan besar dalam perubahan suatu negara.
Internet dapat digunakan sebagai
pembelajaran di sekolah karena memiliki karakteristik yang khas, karena multi
rupa, interaktif.
Faktor pendukung pembelajaran melalui
Teknologi Informasi:
1. Institusi,
dengan menyediakan berbagai peralatan atau infrasturktur, biaya peralatan, dan
biaya operasional.
2. Masyarakat,
keluarga yang menggunakan internet akan membuat anak dalam keluarga tersebut
juga bisa menggunakan internet. Teman sebaya, anak mengenal internet juga dari
teman sebaya.
3. Guru,
memberikan pemahaman kepada anak tentang internet, tentunya guru juga harus
mengetahui dan memahami dulu internet.
4. Siswa,
menggunakan internet sebagai sumber dan media dalam belajar.
5. Teknologi
(client, server, mode distribusi, dukungan teknik).
Model-model pembelajaran internet:
1. Web cource,
menggunakan fasilitas internet seperti e-mail.
2. Web centric course,
penugasan, bahan, disampaikan melalui internet sedangkan diskusi pembelajaran
dengan tatap muka. Presentase tatap muka lebih kecil dibandingkan dengan
internet.
3. Web Enchanced Course,
menyediakan sumber-sumber belajar dengan menyediakan alamat-alamat internet
yang bisa diakses secara online, presentase tatap muka lebih besar di sini.
Dari pemaparan pemateri di atas,
terdapat beberapa pertanyaan seperti berikut:
Kelompok
12
Iik
Faiqotul Ulya absen 32
Bagaimana mengoptimalkan proses
pembelajaran E-Learning di SD dilihat dari segi fasilitas yang mana banyak SD
yang belum memadai, atau memang di SD belum saatnya belajar menggunakan proses
pembelajaran E-Learning?
Jawaban
dari pemateri:
Ada empat faktor pendukung pembelajaran
mengenai teknologi informasi agar pembelajaran tersebut bisa berhasil.
1. Faktor
lingkungan, ada institusi dan juga masyarakat. Institusi harus mempunyai
komitmen dalam menyediakan layanan internet dll.
2. Siswa
3. Guru
4. Teknologi.
Mengenai apakah sudah saatnya atau belum
di SD menggunakan metde E-Learning, maka memang belum saatnya, tetapi
tergantung kesiapan SD tersebut dilihat dari berbagai faktor yang ada.
Tambahan dari Habibah absen 4
Untuk mengoptimalkan pembelajaran
tersebut yaitu dapat dilakukan seperti pada buku halaman 208.
Menurut Sa’ud (2008:208) dalam
implementasi pembelajaran, terdapat model penerapan e-learning yang bisa
digunakan, yaitu: Selective model, sequential model, static model, dan
laboratory model.
Selective model bisa digunakan jika
jumlah komputer di sekolah hanya ada satu komputer, maka guru harus memilih
salah stau bahan dari internet untuk diajarkan kepada siswa.
Sequential model digunakan jika jumlah
komputer di sekolah terbatas, misanya hanya ada dua atau tiga unit komuputer,
maka misalkan siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dan kelompok-kelompok
tersebut bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber.
Static statition model, digunakan jika
jumlah komputer terbatas, misalnya hanya ada dua atau tiga komputer, namun
bedanya siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok. Misalkan dua kelompok mencari
sumber dari internet dengan menggunakan
komputer, sedangkan kelompok yang lain mencari sumber belajar lain (non
internet) misalnya dari buku, dll.
Terakhir adalah Laboratory Model, dimana
jika jumlah komputer banyak maka siswa bisa lebih leluasa menggunakannya,
misalkan satu siswa satu komputer.
Tentang apakah sudah saatnya atau belum
di SD menggunakan internet, menurut saya sudah saatnya tinggal bagaimana peran
guru membatasi dan memfiltrasinya.
Tanggapan
saya sendiri, menurut saya memang sudah saatnya SD
mengenal internet. Di era globalisasi ini penyebaran iptek berlangsung begitu
cepat, sehingga tentu saja siswa secara tidak langsung akan mengenal internet.
Namun harus ada pengawasan dari guru dan orang tua agar siswa menggunakan
internet dengan bijak.
Jika seseorang tidak menggunakan
internet di era globalisasi ini, maka orang tersebut akan ketinggalan zaman.
Banyak wawasan dan pengetahuan yang bisa didapatkan dari internet. Bahkan
sekarang sudah banyak situs berita online, maka akan semakin banyak sumber
informasi.
Selain itu, pada umumnya siswa akan
lebih antusias terhadap seuatu yang baru. Cara pengiriman tugas atau mencari
bahan beajar dari internet, akan membuat siswa tertarik. Hanya memang
sebelumnya siswa tersebut harus diajarkan dulu TIK.
Mengutip juga sebuah pemberitaan dalam edukasi.kompas.com di
mana di sana ada perkataan Wakil Presiden Boediono, menurut Boediono,
e-learning merupakan lompatan untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan
Indonesia dengan dunia internasional.
"E-learning, apabila didesain dengan baik, akan dapat
menjawab sebagian besar dari hambatan. Dan dengan itu, pemerataan pendidikan
dapat kita percepat," kata Boediono saat memberikan Kuliah Perdana
Universitas Surya di Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Boediono mengakui bahwa kondisi pendidikan Indonesia masih
jauh dari harapan. Ia berharap setiap anak Indonesia di pelosok mana pun, apa
pun latar belakang sosial ekonominya dapat dengan mudah dan murah memperoleh
pendidikan yang bermutu.
Boediono mengatakan, banyak faktor yang mengakibatkan
ketertinggalan pendidikan Indonesia, mulai dari keterpencilan, keterbatasan
sarana dan prasarana pendidikan, hingga ketidakmerataan penyebaran guru yang
mumpuni. Selain itu, adanya hambatan kemiskinan, biaya sekolah yang mahal, dan
masih ada keluarga yang kurang menghargai pendidikan bagi anak-anaknya.
Boediono menyarankan agar e-learning dibangun
berskala nasional dengan diterapkan mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Jika
diterapkan di perguruan tinggi, mahasiswa di mana pun, kapan pun dapat dengan
mudah mengakses mata kuliah.
Selanjutnya
adalah pertanyan dari Tira Widianti, kelompok 1:
Kelompok 1
Tira absen 20
Bagaimana efektivitas penggunaan
internet di SD, perlu atau tidak? Fasilitas belajar dengan internet itu perlu,
tetapi tidak semua kalangan bisa menikmati seperti wifi kurang memadai, dll.
Lalu bagaimana solusinya?
Pemateri menjawab bahwa mengenai efektif
atau tidaknya, menurut kelompok kami belum efektif, tapi bukan berarti tidak
perlu. Mungkin seperti tadi yang dikatakan Tira sendiri bahwa anak SD itu harus
sambil tatap muka. Mengenai keterbatasan fasilitas, solusinya? Tidak semua
mahasiswa/siswa mempunyai laptop, maka harus ada Lab dan disediakan juga wifi.
Kalau wifi terbatas, gunakanlah fasilitas Lab.
Tanggapan
menurut saya, ya memang perlu di SD digunakan
internet. Seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya, bahwa banyak sekali
kelebihan dari internet yang dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan
belajar siswa. Tinggal bagaimana guru dan siswa itu sendiri mengoptimalkan dan
memanfaatkan internet secara bijak. Selain itu guru dan orang tua harus ikut
mengawasi agar siswa tidak menyalahgunakan internet.
Terkait wifi, tanggapan dari saya, karena masalah wifi itu yang Tira keluhkan itu bukan berkaitan dengan permasalahan
di SD, melainkan dengan permasalahan kita sebagai mahasiswa, maka untuk tetap
dapat berdiskusi secara efektif dengan metode e-learning, selain dengan memanfaatkan lab kampus, juga mengapa
tidak memanfaatkan smart phone saja.
Hampir 50% di kelas ini sudah menggunakan android, dan bisa digunakan untuk wifi. Jika setiap ponsel android
diaktifkan wifinya, maka setiap siswa yang tidak memiliki modem dan tidak bisa
mengakses wifi, masih bisa
menggunakan wifi android. Hanya memang butuh pengorbanan dan keikhlasan dalam
menyumbangkan pulsa bagi para pengguna ponsel android di kelas ini.
Selanjutnya adalah pertanyaan dari
Dyanti kelompok 2:
Kelompok 2
Dyanti Safitrilia absen 5
Apa
kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran E-Learning di sekolah dasar?
Kelebihan:
1. Memudahkan
proses pembelajaran sehingga tidak hanya tatap muka saja tapi bisa juga dengan
jarak jauh.
2. Sumber
belajar tersedia luas, jadi anak bisa menambah wawasan.
Kekurangan:
1. Anak
sering salah menggunakan, malah main game, dan lain-lain.
2. Fasilitas
internet kurang memadai/tidak ada.
Menurut Yusuf (2010, dalan http://mrcrocbread.blogspot.com) Bagi anak-anak sekolah
dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan
peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar,
berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam
mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya
kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di
rumah masing-masing.
Jadi disini siswa benar-benar dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar.
Jadi disini siswa benar-benar dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar.
Tambahan dari Tira absen
20
Anak SD belum bisa belajar mandiri.
Sebatas mengirim tugas via e-mail, membuat fb, dll itu bisa. Tapi mungkin untuk
belajar mandiri tanpa tatap muka itu akan cukup sulit.
Tanggapan
dari saya, berdasarkan buku yang telah saya baa sebelumnya.
Menurut Endang Sadbhudu dan I Made Nuryata, dalam buku “Pembelajaran Masa Kini”
tahun 2010, bahwa ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam E-Learning.
Kelebihan
E-Learning dalam proses pembelajaran:
1. Mempercepat
terjadinya proses pembelajaran yang mendasarkan diri pada Student Learning
approach;
2. Menumbuhkan
kreativitas berpikir;
3. Mendorong
proses pembelajaran menjadi lebih efisien;
4. Mendorong
peserta didik berjiwa mandiri;
5. Memotivasi
peserta didik giat belajar;
6. Menjadikan
komputer sebagai alat bantu penyelesaian administrasi;
7. Memberikan
rasa keadilan pada masyarakat.
8. Mengatasi
kekurangan tenaga pendidikan dan meningkatkan efisiensi.
Adapun
kekurangan dari E-Learning adalah:
1. Kurangnya
interaksi antara guru dan peserta didik atau bahkan peserta didik sendiri.
2. Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek
bisnis/komersial.
3. Proses
pelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya
peran guru yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
dituntut mengetahui teknik pembelajaran menggunakan IT.
5. Peserta
didik yang tidak mempunyai motivasi tinggi cenderung akan gagal.
6. Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah terjadinya listrik, telepon, atau komputer).
7. Kurangnya
tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan tentang internet.
8. Kurangnya
penguasaan bahasa komputer.
Melihat dari kelebihan dan kekurangan
yang ada dalam proses pembelajaran E-Learning, maka sudah seharusnya
instansi-instansi pendidikan memfasilitasi sekolah-sekolah dengan internet dan
sebisa mungkin bahu–membahu meminimalisasi hambatan lain yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar