NAMA : HAFNI
KELAS : 2-A
PROSES
INOVASI PENDIDIKAN
Diskusi hari ini,
tanggal 08 Oktober 2013. Membahas tentang proses inovasi pendidikan yang
didalamnya memuat pengertian proses inovasi pendidikan, beberpa model dari
proses inovasi pendidikan, serta beberapa faktor yang mempengaruhi proses
inovasi pendidikan.
Dari hasil diskusi,
saya menangkap bahwa proses inovasi pendidikan adalah serangkaian proses yang
harus dilalui individu atau organsasi yang didalamnya mencakup tahapan-tahapan dari
mulai individu/organisasi tersebut menyadari/tahu inovasi pendidikan sampai
mengimplementasikan inovasi pendidikan tersebut.
Ada beberapa model dari
proses inovasi pendidikan, ada yang berorientasi pada idividual, ada juga yang
berorientasi pada individu.
Lalu ada juga faktor
yang mempengaruhi proses inovasi pendidikan, diantaranya:
1.
Faktor kegiatan belajar mengajar
2.
Faktor internal dan eksternal
3.
Sistem pendidikan (Pengelolaan dan
pengawasan).
Dari materi yang sudah
disampaikan oleh pemateri, ada beberapa pertanyaan yang ditanyakan. Pertanyaan
pertama dari sudara Lilis Susanti, yaitu
“PLPG dan sertifikasi itu merupakan suatu inovasi dalam bidang pendidikan agar
kualitas guru meningkat dan siap menerima inovasi besar, yaitu kurikulum 2013.
Kondisi di lapangan saat ini, banyak guru-guru yang usianya sudah tidak muda
lagi menjadi kebingungan sehingga kurang bertanggung jawab terhadap profesinya.
Langkah prefentif dan tujuan apa yang harus kita lakukan sebagai mahasiswa PGSD
untuk mensukseskan kurikulum 2013?
Saat itu, Nurul Islami
sebagai pemateri menjawab bahwa “yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa
adalah belajar tentang kurikulum 2013. Karena nanti kita sebagai mahasiswa PGSD
akan menjadi tempat bertanya, lantas kalau sudah terjadi ya tetap saja harus dijalani”.
Jadi menurut Nurul saat itu, sebagai mahasiswa kita tentunya harus belajar
bersiap-siap untuk kurikulum 2013 nanti, karena kita nantinya bisa saja menjadi
tempat bertanya guru-guru yang bingung tentang kurikulum 2013. Jika sudah
terjadi kebingungan tentang kurikulum 2013, maka terpaksa harus dijalani saja,
begitu katanya. Nurul pun saat itu mencontohkan dengan bercerita tentang
ayahnya yang pada akhirnya meskipun sedikit bingung, namun tetap menjalankan
kurikulum 2013 karena kurikulum 2013 tersebut sudah menjadi kebijakan
pemerintah.
Ketika Nurul sudah
mengemukakan pendapatnya, teman-teman masih ada yang belum puas dengan
pernyataan Nurul. Namun saya rasa, apa yang Nurul katakan memang sudah benar,
hanya saja itu masih belum dijelaskan atau dicontohkan lebih mendetail.
Menanggapi hal tersebut pemateri menyerahkan kepada audiens, namun sayang
karena tidak ada yang menambahkan dan saya teringat kepada diskusi semeter
kemarin saat mata kuliah Landasan Pendidikan, karena sebetulnya pertanyaan ini
hampir sama. Saya pun menambahkan jawaban.
“Menurut saya, apa yang dikatakan Nurul tadi
sudah benar hanya saja contohnya kurang terperinci. Ketika teman-teman masih
penasaran tentang apa sih yang harus dilakukan oleh mahasiswa terkait dengan
kurikulum 2013, bagaimana mensukseskan kurikulum 2013 ini, maka jawabannya
adalah seperti pada mata kuliah Landasan Pendidikan semester kemarin. Saat itu
dosen kita menggambar beberapa senjata tradisional, ada golok, ada celurit, ada
keris, ada juga kujang. Dari senjata-senjata tersebut, beliau berkata senjata
tersebut harus difungsikan sebagaimana mestinya sesuai dengan peranannya
masing-masing. Pun dalam menghadapi kurikulum 2013 juga sama, yang harus kita
lakukan adalah berbuat seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
kita sebahai mahasiswa. Benar apa yang dikatakan Nurul, kita harus mempelajari
tentang kurikulum 2013. Karena bisa saja nanti kita dibutuhkan, dipanggil oleh
guru-guru sekolah dasar untuk mencontohkan aplikasi dari pembelajaran berbasis
kurikulum 2013 ini di kelas. Seperti
kemarin, kita sudah cukup mengetahui tentang kurikulum 2013 ini dari mata
kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia Kelas Tinggi, di mana kita sudah mulai
menyusun RPP terpadu sesuai dengan kurikulum 2013. Nah, bisa jadi karena
pengalaman kita ini nanti Insya Allah kita ditanyai oleh guru-guru SD yang
sudah tua yang merasa kebingungan, sehingga meskipun dengan status kita sebagai
mahasiswa, kita tetap bisa bermanfaat dan berbuat untuk mensukseskan kurikulum
2013 dengan cara dan kemampuan kita. Ada pun ketika kurikulum 2013 ini sudah terjadi,
itu tidak banyak berdampak pada kita sebagai mahasiswa, jadi tugas kita mau itu
kurikulum 2013 sudah diberlakukan atau belum tetap saja yang harus kita lakukan
adalah belajar baik tentang teori maupun implementasi dari kurikulum 2013 ini”.
Selanjutnya pertanyaan
kedua adalah dari Ai Linda Nurmalasari, yang bertanya terkait dengan tanda dari
sikap terbuka terhadap Inovasi (Buku sumber halaman 50). Ai Linda bertanya,
“Pada tanda dari sikap terbuka terhadap inovasi ini terdapat sikap skeptis
(mempertanyakan inovasi), nah sikap mempertanyakan itu terjadi apakah setelah
ada penyuluhan atau setelah ada implementasi dari inovasi tersebut?”.
Ayu Nurlawati, sebagai
pemateri saat itu menjawab bahwa sikap itu terjadi setelah adanya penyuluhan.
Contohnya katanya, pertanyaan itu bisa saja seperti menanyakan apa kelebihan
dan kekurangan dari inovasi tersebut, manfaat inovasi tersebut, dan lain-lain.
Menurut saya, apa yang
dikatakan Ayu sudah benar, namun contohnya kurang tepat. Sehingga pantas saja,
saat itu juga setelah Ayu selesai berbicara, saudari Tira menyanggah dengan
pertanyaan, “Kalau kelebihan dan kekurangan, serta manfaat inovasi tersebut
ditanyakan setelah penyuluhan,maka di penyuluhan itu sendiri apa yang akan
dibahas?”
Ketika itu saya kembali
menambahkan, “Sebetulnya apa yang dikatakan Ayu saya setuju. Hanya contohnya
kurang tepat. Namun saya yakin Ayu sendiri sudah faham betul mengenai apa itu
penyuluhan. Jadi saya hanya meluruskan, apa yang Ayu katakan mengapa pertanyaan
itu terjadi setelah penyuluhan, itu disebabkan karena dari adanya penyuluhan
maka akan timbul pertanyaan-pertanyaan, contohnya misalkan tentang bagaimana
jika sebuah inovasi tersebut diterapkan apakah bermanfaat bagi dirinya atau
tidak, dan lain-lain yang pasti pertanyaannya akan lebih mendetail, merincikan
atau bersumber dari apa yang sudah disosialisasikan dalam penyuluhan
sebelumnya. Misalkan saja contohnya seperti ketika kita diskusi, jika kita
tidak mendengarkan pemateri saat beridskusi, maka kita tidak akan pernah tahu
apa yang harus ditanyakan. Tapi ketika kita mendengarkan pemateri dan menyimak
apa yang mereka paparkan maka akan timbul pertanyaan. Mungkin seperti itulah
analoginya”.
Saat itu saya rasa
masih banyak peluang lagi untuk teman-teman yang lain berpendapat, hanya
sayangnya tidak ada lagi yang mengemukakan pendapatnya secara langsung.
Selanjutnya adalah
pertanyaan dari Dewi Fathina, terkait dengan motivasi yang mendorong perlunya
diadakan inovasi pendidikan, (buku sumber halaman 53 paragraf dua). Pertanyaan
dari Dewi Fathina kurang lebih seperti ini, “Dari kedua motivasi yang mendorong
perlunya diadakan inovasi pendidikan tersebut, apakah keduanya saling
berkaitan? Jika salah satu dari motivasi tersebut kurang berjalan maksimal, apakah akan menghambat proses
inovasi pendidikan?”
Saat itu Nurjanah
sebagai pemateri menjawab keduanya saling terkait erat. “Ya, keduanya saling
terkait erat, seperti apa yang dikatakan pada buku bahwa antara lembaga
pendidikan dan masyarakat tedapat hubungan erat yang saling mempengaruhi,
sehingga jika salah satu tidak berjalan maksimal maka satunya lagi pun kurang
berjalan”.
Ketika itu Tira
Widianti menambahkan, “Iya keduanya memang saling terkait erat. Contohnya
semakin maju zaman makan budaya semakin ditinggalkan. Hal tersebut menjadi
masalah di masyarakat. Lalu, ketika sekolah mau memecahkan masalah tersebut, misalkan
dalam proses pengajaran basa sunda dan lain-lain, tapi masyarakat tidak mau
merespon atau memberikan dukungan, maka tidak akan terjadi proses inovasi”.
Apa yang Tira contohkan
memang benar, hanya saja ada sedikit keganjalan. Jika masalah itu berasal dari
masyarakat, dan sekolah mau membantu masyarkat memecahkan masalah tersebut,
namun masyarkat tidak mau merespon, maka cukup aneh menurut saya. Seharusnya
ketika masalah tersebut berasal dari masyarakat, maka masyarakat idealnya akan
merespon pihak yang berusaha membantu memecahkan masalah (dalam hal ini pihak
tersebut adalah sekolah). Maka menurut saya, jika seperti itu kasusnya, ketika
masalah berasal dari masyarakat dan sekolah berusaha memecahkannya namun
masyarakat tidak mau merespon, itu sebetulnya bukan tidak mau merespon, namun
kurang komunikasi saja antara sekolah dan masyarakat terkait dengan inovasi
pendidikan yang diciptakan.
Dalam Sa’ud (2008:53)
dikatakan bahawa motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pendidikan
jika dilacak biasanya bersumber pada dua hal, yaitu: (a) kemauan sekolah
(lembaga pendidikan) untuk mengadakan respon terhadap tantangan kebutuhan
masyarakat, dan (b) adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan)
untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Maka menurut saya memang
kedua motivasi tersebut saling berkaitan dengan kaitan yang sangat erat. Hanya
saja jika kedua motivasi tersebut terjadi, namun proses komunikasi inovasi
tersebut kurang berjalan baik, maka hasil dari proses pengadaan inovasi
tersebut pun akan kurang baik, bahkan bisa saja hasilnya tidak ada sama sekali.
Saya mencontohkan
seperti ini, berdasarkan pengalaman saya mengikuti rapat orang tua di MI
Assalam, tempat adik saya bersekolah, sebagaimana yang sering dikeluhkan
masyarakat saat ini terutama kalangan orang tua, misalnya tentang kenakalan
remaja, penggunaan narkoba, tawuran dan lain-lain, maka orang tua berharap agar
dalam proses pendidikan aspek afektif lebih diperhatikan kembali oleh pihak
sekolah. Dan hal itu dikatakan para orang tua saat mengadakan rapat orang tua
sebagai rapat rutinan di akhir semester untuk perbaikan di semseter depan. Saat
itu pihak sekolah menanggapi kebutuhan masyarakat (orangtua) dengan berencana mengadakan
pelajaran etika sebagai ekstrakurikuler tambahan yang wajib diikut oleh siswa,
namun pihak sekolah pun meminta kerja sama dari pihak masyarakat (orangtua)
untuk turut serta mendidik anak-anaknya dalam beretika. Dan alhamdulillah
ekstrakurikuler wajib itu sudah mulai terlaksana, dan orangtua sampai saat ini
masih sering ada komunikasi dengan pihak sekolah. Jadi proses inovasi
pendidikan itu berjalan karena adanya keterkaitan dan sikap saling mendukung
antara lembaga pendidikan (sekolah) dan masyarakat (orangtua).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar