Senin, 29 Desember 2014

Resume Pembelajaran: Strategi dalam Inovasi Pendidikan



NAMA   : HAFNI
KELAS   : 2-A


STRATEGI DALAM INOVASI PENDIDIKAN
Kelompok 6 dalam presentasinya membahas tentang Strategi dalam Inovasi Pendidikan, yang di dalamnya dibahas mengenai:
1.      Strategi fasilitatif
2.      Strategi pendidikan
3.      Strategi bujukan
4.      Strategi paksaan.
Dari apa yang telah dipaparkan oleh pemateri, ada beberapa pertanyaan. Pertama adalah dari:
1.      Amelia Pratiwi absen 36 Kelompok  4
Amelia bertanya, “Dari keempat strategi tersebut, strategi mana yang paling tepat, cepat, mudah dalam pelaksanaan perubahan sosial?”
Ketika itu Regina sebagai pemateri menjawab bahwa keempat strategi ini memiliki keterpaduan. Strategi akan dikatakan tepat jika sesuai dengan sasaran. Intinya adalah seperti itu.
Setelah itu Delia Delviani menambahkan bahwa menurutnya strategi keempat tersebut tepat jika sesuai dengan sasaran, namun jika ingin cepat maka strategi paksaan.
Menurut saya, memng benar adanya jika memang kita bicara tentang ketepatan maka yang harus kita pikirkan atau kita tinjau ulang adalah tujuan dari diadakannya perubahan tersebut serta siapa yang menjadi sasaran dalam perubahan tersebut. Alasannya karena strategi itu dilaksanakan sebagai proses untuk tercapainya tujuan yang diharapkan. Maka dari itu, sudah selakyanya ketika proses dijalankan harus mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Serta masalah ketepatan antara tepat atau tidakah sebuah proses tersebut tentunya harus melihat pada sasaran. Seperti analoginya saja dalam hal mengajar, maka strategi yang harus dijalankan dalam pembelajaran pun harus dilakukan dulu peninjauan sebelumnya mengenai siapa sasarannya yang dalam mengajar sasarannya tentu saja siswa. Maka karakter siswa saat itu menjadi pertimbangan terhadap dilaksanakan strategi pembelajaran agar lebih tepat kepada siswa yang menjadi sasaran.
Namun ketika kita bicara tentang “kecepatan dan kemudahan” maka jawabannya adalah tentang sebuah hal yang “instan”. Jika perubahan ingin terjadi secara instan, maka dibutuhkan sebuah kekuatan besar yang mampu memaksakan terjadinya perubahan tersebut agar diterima masyarakat secara luas. Sehingga tepatlah jika kekuasaan sangat menentukan untuk dilaksanakannya strategi paksaan. Karena dengan seseorang mempunyai kekuasaan, dia akan memiliki kekuatan besar yang membuat orang-orang di bawahnya tunduk dan patuh terhadapnya.
Selanjutnya pertanyaan kedua adalah dari Nurul Islami abesn 16 kelompok 5, bertanya “Berkaitan dengan strategi bujukan, apa yang harus kita lakukan ketika bujukan dan rayuan sudah dilakukan tetapi klien tidak mau menerima perubahan. Apakah tetap dipertahankan atau diubah?”
Saat itu Dyanti sebagai pemateri mengatakan gunakanlah strategi lain, misalnya strategi paksaan. Pada intinya jawabannya adalah seperti demikian.
Dan ada tambahan jawaban dari Tira kelompok 1 absen 20. Tira mengatakan katanya jika strategi paksaan dilakukan, kita harus mengukur diri. Sejauh mana pelaksana perubahan dapat memaksa klien tergantung dari tingkat ketergantungan klien dengan pelaksana perubahan. Kemudian apa yang Tira ungkapkan diperjelas kembali oleh Andi absen 06 yang mengatakan bahwa biasanya jika ingin menjalankan strategi paksaan harus mempunyai power, harus mempunyai kekuasaan. Itulah yang dimaksudkan Tira dalam statement tersebut.
Menurut pendapat saya, memang seharusnya sebagai agen pembaharu yang membawa inovasi ke tenah-tengah masyarakat itu harus memiliki jiwa yang tidak mudah menyerah. Ketika strategi bujukan tidak berhasil, dan memang inovasi itu benar-benar harus dilakukan maka tak ada salahnya dilakukan strategi yang lain seperti strategi paksaan atau memadukan semua strategi yang ada. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah kembali meninjau ulang tujuan dan sasaran dari inovasi tersebut serta jangan lupa memerhatikan etika dalam penyampaian inovasi tersebut maupun dalam memaksakan sebuah kehendak, sebagai agen pembaharu atau agen inovasi harus tahu batasan-batasannya dalam bersikap dan bertindak.

Wafa
Strategi yang mana yang mampu mencapai tujuan dari kurikulum 2013?
Delia: Semua strategi ini harus dipadukan untuk mencapai tujuan dari kurikulum 2013, dari mulai strategi fasilitatif, strategi pendidikan, strategi bujukan, stratgei paksaan.
Saat itu Delia mencontohkan strategi fasilitatif misalnya dengan memperbaiki sarana prasarana sekolah demi menunjang kelancaran proses pemblajaran kurikulum 2013. Kemudian dari strategi pendidikan itu dicintohkan dengan adanya pelatihan terhadap guru-guru tentang pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013. Kamudian dilakukan strategi bujukan sampai akhinya strategi paksaan dimana kurikulum 2013 mulai dipaksakan secara halus agar diterapkan untuk tahun ini di beberapa sekolah dasar terlebih dahulu.
Menurut saya memang benar, kembali lagi, jika hal itu merupakan sebuah hal yang cukup kompleks dan membuat guru keluar dari zona nyamannya, maka diperlukan strategi yang beragam agar inovasi kurikulum tersebut diterima oleh pihak-pihak guru. Karena guru adalah pihak yang terjun langsung di lapangan, maka tak mudah bagi guru jika kurikulum itu terlalu banyak perubahan. Oleh karena itu dipperukan adanya keterpaduan strategi agar tujuan dari inovasi tersebut tercapai tanpa mengabaikan pertimbangan dari sasaran inovasi itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar