NAMA : HAFNI
KELAS : 2-A
STRATEGI
DALAM INOVASI PENDIDIKAN
Kelompok
6 dalam presentasinya membahas tentang Strategi dalam Inovasi Pendidikan, yang
di dalamnya dibahas mengenai:
1. Strategi
fasilitatif
2. Strategi
pendidikan
3. Strategi
bujukan
4. Strategi
paksaan.
Dari
apa yang telah dipaparkan oleh pemateri, ada beberapa pertanyaan. Pertama
adalah dari:
1. Amelia
Pratiwi absen 36 Kelompok 4
Amelia
bertanya, “Dari keempat strategi tersebut, strategi mana yang paling tepat,
cepat, mudah dalam pelaksanaan perubahan sosial?”
Ketika
itu Regina sebagai pemateri menjawab bahwa keempat strategi ini memiliki
keterpaduan. Strategi akan dikatakan tepat jika sesuai dengan sasaran. Intinya
adalah seperti itu.
Setelah
itu Delia Delviani menambahkan bahwa menurutnya strategi keempat tersebut tepat
jika sesuai dengan sasaran, namun jika ingin cepat maka strategi paksaan.
Menurut
saya, memng benar adanya jika memang kita bicara tentang ketepatan maka yang
harus kita pikirkan atau kita tinjau ulang adalah tujuan dari diadakannya
perubahan tersebut serta siapa yang menjadi sasaran dalam perubahan tersebut.
Alasannya karena strategi itu dilaksanakan sebagai proses untuk tercapainya
tujuan yang diharapkan. Maka dari itu, sudah selakyanya ketika proses
dijalankan harus mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Serta masalah
ketepatan antara tepat atau tidakah sebuah proses tersebut tentunya harus
melihat pada sasaran. Seperti analoginya saja dalam hal mengajar, maka strategi
yang harus dijalankan dalam pembelajaran pun harus dilakukan dulu peninjauan
sebelumnya mengenai siapa sasarannya yang dalam mengajar sasarannya tentu saja
siswa. Maka karakter siswa saat itu menjadi pertimbangan terhadap dilaksanakan
strategi pembelajaran agar lebih tepat kepada siswa yang menjadi sasaran.
Namun
ketika kita bicara tentang “kecepatan dan kemudahan” maka jawabannya adalah
tentang sebuah hal yang “instan”. Jika perubahan ingin terjadi secara instan,
maka dibutuhkan sebuah kekuatan besar yang mampu memaksakan terjadinya
perubahan tersebut agar diterima masyarakat secara luas. Sehingga tepatlah jika
kekuasaan sangat menentukan untuk dilaksanakannya strategi paksaan. Karena
dengan seseorang mempunyai kekuasaan, dia akan memiliki kekuatan besar yang
membuat orang-orang di bawahnya tunduk dan patuh terhadapnya.
Selanjutnya
pertanyaan kedua adalah dari Nurul Islami abesn 16 kelompok 5, bertanya
“Berkaitan dengan strategi bujukan, apa yang harus kita lakukan ketika bujukan
dan rayuan sudah dilakukan tetapi klien tidak mau menerima perubahan. Apakah
tetap dipertahankan atau diubah?”
Saat
itu Dyanti sebagai pemateri mengatakan gunakanlah strategi lain, misalnya
strategi paksaan. Pada intinya jawabannya adalah seperti demikian.
Dan
ada tambahan jawaban dari Tira kelompok 1 absen 20. Tira mengatakan katanya jika
strategi paksaan dilakukan, kita harus mengukur diri. Sejauh mana pelaksana
perubahan dapat memaksa klien tergantung dari tingkat ketergantungan klien
dengan pelaksana perubahan. Kemudian apa yang Tira ungkapkan diperjelas kembali
oleh Andi absen 06 yang mengatakan bahwa biasanya jika ingin menjalankan
strategi paksaan harus mempunyai power, harus mempunyai kekuasaan. Itulah yang
dimaksudkan Tira dalam statement tersebut.
Menurut
pendapat saya, memang seharusnya sebagai agen pembaharu yang membawa inovasi ke
tenah-tengah masyarakat itu harus memiliki jiwa yang tidak mudah menyerah.
Ketika strategi bujukan tidak berhasil, dan memang inovasi itu benar-benar
harus dilakukan maka tak ada salahnya dilakukan strategi yang lain seperti
strategi paksaan atau memadukan semua strategi yang ada. Hanya saja yang perlu
diperhatikan adalah kembali meninjau ulang tujuan dan sasaran dari inovasi
tersebut serta jangan lupa memerhatikan etika dalam penyampaian inovasi
tersebut maupun dalam memaksakan sebuah kehendak, sebagai agen pembaharu atau
agen inovasi harus tahu batasan-batasannya dalam bersikap dan bertindak.
Wafa
Strategi
yang mana yang mampu mencapai tujuan dari kurikulum 2013?
Delia:
Semua strategi ini harus dipadukan untuk mencapai tujuan dari kurikulum 2013,
dari mulai strategi fasilitatif, strategi pendidikan, strategi bujukan,
stratgei paksaan.
Saat
itu Delia mencontohkan strategi fasilitatif misalnya dengan memperbaiki sarana
prasarana sekolah demi menunjang kelancaran proses pemblajaran kurikulum 2013.
Kemudian dari strategi pendidikan itu dicintohkan dengan adanya pelatihan
terhadap guru-guru tentang pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013. Kamudian
dilakukan strategi bujukan sampai akhinya strategi paksaan dimana kurikulum
2013 mulai dipaksakan secara halus agar diterapkan untuk tahun ini di beberapa
sekolah dasar terlebih dahulu.
Menurut
saya memang benar, kembali lagi, jika hal itu merupakan sebuah hal yang cukup
kompleks dan membuat guru keluar dari zona nyamannya, maka diperlukan strategi
yang beragam agar inovasi kurikulum tersebut diterima oleh pihak-pihak guru.
Karena guru adalah pihak yang terjun langsung di lapangan, maka tak mudah bagi
guru jika kurikulum itu terlalu banyak perubahan. Oleh karena itu dipperukan
adanya keterpaduan strategi agar tujuan dari inovasi tersebut tercapai tanpa
mengabaikan pertimbangan dari sasaran inovasi itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar