NAMA : HAFNI
KELAS : 2-A
INOVASI PEMBELAJARAN KUANTUM
Dari hasil diskusi hari ini, tanggal 12 November 2011 tentang inovasi
pembelajaran kuantum, ada beberapa hal yang saya dapatkan dari hasil diskusi.
Setelah pemateri memberikan paparan, saya mengetahui bahwa pembelajaran dengan
nama “Quantum” ini diadaptasi dari ilmu fisika di mana quantum ini merupakan
interaksi yang dapat mengubah energi menjadi sebuah cahaya. Bobby DePorter,
seseorang yang mengembangkan metode ini beranggapan bahwa interaksi-interaksi
yang dilakukan antara guru-siswa akan mengubah bakat alamiah mereka untuk
menghasilkan sebuah cahaya yang bermanfaat bagi proses pembelajaran yang mereka
lakukan.
Pembelajaran kuantum ini menekankan agar proses pembelajaran berjalan
dengan nyaman dan menyenangkan. Dengan menganalisis dari cara kerja otak
manusia dan cara belajar manusia pada umumnya, maka dihasilkanlah semacam
prosedur yang menjadi acuan dalam melakukan pembelajaran kuantum. Sepeti yang
disingkatnya menjadi TANDUR, meliputi:
a.
Tumbuhkan,
yaitu proses pemberian apersepsi sehingga siswa lebih mengetahui manfaat dari
pembelajaran yang akan dilakukan. Disingkat menjadi AMBAK (Apa Manfaatnya
Bagiku), melalui itu siswa dibangkitkan kesadarannya sebelum belajar.
b.
Alami,
yaitu dengan memberikan pengalaman nyata kepada siswa dalam melaksanakan
pembelajarannya.
c.
Namai,
membuat konsep atau rumus tertentu ketika belajar.
d.
Demonstrasikan,
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan kemampuannya.
e.
Ulangi,
memberi kesempatan agar siswa mengulangi apa yang telah mereka pelajari sampai
mereka tahu di mana titik kelemahannya dan letak kesuksesan mereka daam belajar.
f.
Rayakan,
adalah sebuah respon proporsional untuk mengapresiasi keberhasilan siswa dalam
belajar.
Dari
pemaparan materi, ada beberapa hal yang ditanyakan oleh audiens, diantaranya:
1.
Jannatul
Fuadah Kelompok 1
Bagaimana agar model pembelajaran kuantum dapat
meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa?
Dalam hal ini, Leni Ade Putri sebagai pemateri menjawab
bahwa yang harus dilakukan adalah dengan membuat guru harus menghargai serta
mengetahui kemampuan siswa, dan memberikan penghargaan terhadap upaya yang
telah dilakukan oleh siswa. Penghargaannya pun bukan hanya material namun juga
bisa berupa pujian-pujian sehinga siswa lebih semangat dan termotivasi.
Saat itu saya menambahkan, menjelaskan konsep Super Camp
dari buku Quantum Learning yang ditulis oleh Boby DePorter, bahwa pada dasarnya
kegiatan super camp ini adalah bagian terpenting dan yang menjadi salah satu
ciri khas dari pembelajaran kuantum. Mengapa demikian?
Menurut DePorter (2012) di Super Camp, semua kurikulum
secara harmonis merupakan kombinasi dari tiga unsur : keterampilan akademis,
prestasi fisik, dan keterampilan dalam hidup .
Dalam program super camp yang dilaksanakan selama 10 hari
juga mereka mengombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, keterampilan belajar,
dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan. Mengapa
mereka melakukan pembelajaran di lingkungan dengan mengombinasikan aspek-aspek
tersebut? Jawabannya adalah karena aspek tersebut sangat dibutuhkan dalam
kegiatan pembelajaran yang kondusif, efektif, efisien, nyaman, serta
menyenangkan.
Di lingkungan sebelum pembelajaran dimulai mereka
melakukan latihan tantangan fisik terlebih dahulu. Seperti pelajaran
tali-temali yang digunakan oleh para siswa untuk memanjat pohon-pohon tinggi.
Berjalan di atas tali yang dipasang setinggi empat puluh kaki di atas tanah,
melompat dari papan kecil ke atas galah untuk meraih palang, dan menjatuhkan
diri dari atas tangga ke dalam rengkuhan tangan-tangan anggota tim. Awalnya
mereka takut melakukan hal-hal tersebut, namun ternyata mereka berhasil
menaklukan semua tantangannya. Keberhasilan dari mereka itu langsung
dipindahkan ke dalam kelas, di mana mereka pun merasa bahwa mereka akan berhasil
dalam melakukan pembelajaran di kelas. Jadi pada intinya sebelum kegiatan
belajar di mulai, mind set mereka diarahkan agar mereka yakin terhadap dirinya
sendiri dan mengenyahkan semua pikiran negatif yang ada pada mereka kemudian
menggantinya menjadi pikiran positif. Keberhasilan mereka menaklukan tantangan
fisik di super camp itulah yang menjadi motivasi mendasar bahwa semua tantangan
dalam pembelajaran pun dapat mereka taklukan seperti saat mereka berhasil
menaklukan segala tantangan fisik yang ada.
2.
M. Iqbal,
kelompok 2
Bagaimana mengenalkan dan melatih para guru tentang
pembelajaran kuantum ini agar dalam penerapannya terhadap peserta didik dapat
berhasil?
Ririn Siti Komariah sebagai pemateri menjelaskan bahwa
bisa saja katanya diadakan penataran dan pelatihan untuk para guru, bahkan
menurut beberapa artikel pun banyak buku yang beredar dan dibagikan, hanya saja
tidak dibaca oleh gurunya atau gurunya tidak tertarik untuk melakukan
pembelajaran kuantum ini sehingga pada akhirnya bukunya pun hanya disimpan saja
di perpustakaan.
Menurut analisis saya, mengapa guru tidak kunjung
melakukan kegiatan pembelajran kuantum, khususnya seperti melakukan super camp
sebagai salah satu ciri khas dari pembelajaran ini tentunya karena ada eberapa
hal yang menjadi pertimbangan guru.
Pertama mungkin adalah karena terbatasnya biaya untuk
akomodasi dan segela kebutuhan dalam menjalankan super camp. Jangankan untuk
mengadakan kegiatan berkemah sepuluh hari seperti itu, di Indonesia masih
banyak sekolah yang sarana dan prasarana belajarnya kurang baik bahkan tidak
layak.
Kedua adalah terbatasnya pengajar. Dapat diketahui bahwa
untuk melakukan kegiatan karya wisata atau kunjungan ke museum satu hari saja
itu tidak cukup hanya dengan melibatkan seorang guru pembimbing, apalagi jika
ingin melakukan kegiatan super camp selama 10 hari maka dibutuhkan kerja sama
dengan guru-guru lainnya.
Ketiga adalah masalah kepercayaan orang tua, umumnya
orang tua di kita tidak akan mudah begitu saja melepas anak-anaknya untuk
melakukan kegiatan berkemah apalagi sampai 10 hari, walaupun padahal kegiatan
berkemah ini bisa saja dilakukan di sekolahnya sendiri.
Namun jika seandainya kegiatan ini dapat dilakukan, super
camp akan sangat menjadi hal yang menarik untuk dilakukan oleh para siswa.
Misalnya saja dengan melakukan kegiatan super camp tersebut di sekolah ketika
libur semester. Hanya saja tetap perlu diperhatikan apakah sarana dan prasarana
memadai atau tidak, biayanya cukup atau tidak dan orang tua memberi izin atau
tidak.
3.
Rina
Yuli Andrianti, Kelompok 3
Asas utama pembelajaran kuantum adalah bawalah dunia
mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Bagaimana
penjelasan yang lebih konkret beserta contohnya?
Widia sebagai pemater menjawab, seperti apa yang sudah
dijelaskan dalam buku bahwa memahami dunia anak merupakan lisensi bagi para
buku untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa dalam meraih
hasil belajar yang optimal. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa,
maka siswa telah merasa diperlakukan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka,
sehingga pembelajaran akan menjadi harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang
saling bertautan dan saling mengisi.
Saya sendiri sependapat bahwa memang seperti itulah pada
dasarnya. Jadi guru harus berusaha berdiri sejajar, sama tinggi sama rata
dengan siswa terlebih dahulu. Apa tujuannya? Tujuannya tentu saja adalah untuk
membuat siswa merasa guru itu seperti “teman” sehingga jika guru sudah menjadi
teman siswa, maka siswa akan timbul rasa nyaman tanpa mengurangi rasa segan
mereka. Kedekatan dengan siswa dimanfaatkan oleh guru untuk mengetahui berbagai
hal tentang siswa yang dapat menunjang proses pembelajarannya, misalnya salah
satunya adalah tipe pemelajar seperti apa siswa tersebut apakah visual,
kinestetik, atau audio. Baru setelah kita mampu masuk ke dunia mereka,
mengetahui apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan, kita pun akan mudah
untuk menarik mereka ke dunia kita, yang dalam hal ini maksudnya adalah
mengajak mereka untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar