Kamis, 18 Desember 2014

Remaja VS Gadget



Remaja VS Gadget
oleh Hafni Resa Az-Zahra

Gadget yang berupa segala alat teknologi elektronik yang mampu menunjang pemerolehan informasi sudah marak digunakan di masyarakat. Diantaranya adalah penggunaan smartphone seperti blackberry, android, i-phone, netbook/laptop, tablet, dan sejensnya yang termasuk komputer generasi keempat, kini hampir menjadi kebutuhan bagi setiap masyarakat terutama dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Mengapa demikian? Tentunya hal itu terjadi karena masyarakat haus akan informasi dan hiburan, terutama dewasa ini terjadi di kalangan remaja. Para remaja yang gejolak emosinya penuh dinamika, sedang dalam fase pencarian jati diri, dan memiliki keinginan yang besar untuk berekspresi, tentunya membutuhkan sebuah wadah untuk mereka mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu gadget hadir dengan segala kecanggihannya untuk memenuhi kebutuhan para remaja.
Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa aktualisasi diri menurut teori hierarki kebutuhan Maslow ada dalam urutan tertinggi, maka tidak aneh jika kini di Indoensia penggunaan gadget di kalangan remaja semakin marak, karena ternyata selain dari gejolak dalam diri para remaja untuk berekspresi, memang kebutuhan akan aktualisasi diri adalah salah satu kebutuhan tertinggi manusia. Oleh karena itu kita bisa melihat bahkan mungkin merasakan bersama bagaimana jadinya bila sehari saja remaja yang hidup di era digital ini hidup tanpa gadget. Seperti seolah gadget adalah benda yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keseharian, bahkan ketika hendak tidur dan bangun tidur kebanyakan remaja saat ini bila disurvei ternyata benda yang mereka lihat adalah gadget (smartphone) mereka.
Lalu pertanyaannya apakah penggunaan gadget bagi remaja itu buruk? Tentu tidak mutlak buruk, tetapi juga tidak selamanya baik. Pada intinya baik atau tidaknya penggunaan segala sesuatu itu tergantung dari sudut mana kita memandangnya.
Dilihat dari kaca mata pendidikan, maka penggunaan gadget di kalangan remaja dapat mendukung jalannya kegiatan pembelajaran. Melalui kecanggihan teknologi yang terdapat dalam gadget akan memudahkan para pelajar remaja memperoleh informasi, namun di sisi lain kemudahan-kemudahan tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mendidik para pelajar ke arah yang justru cenderung kurang baik jika remaja pengguna gadget tersebut kurang bertanggung jawab dalam menggunakannya serta ketika mereka menggunakan gadget tidak dengan menggunakan kesadaran yang pada akhirnya justru mereka diperbudak oleh gadget. Bagaimana contohnya kita pun sudah tidak merasa aneh lagi ketika mendengar kata ‘autis’ yang kini bukan merujuk pada definisi autis yang sebenarnya melainkan kiasan untuk mendefinisikan mereka yang lebih merasa asyik bersama gadgetnya ketika sedang berada di tengah-tengah kelompoknya.
Disadari atau tidak, selain berdampak pada adanya autisme, gadget juga telah mendoktrin masyarakat untuk menjadi masyarakat ekstrovert yang mengshow-up segala masalahanya ke luar melalui media sosial internet. Sehingga masyarakat cenderung lebih banyak menerima informasi yang berjenis subjective informations daripada objective informations, karena informasi yang diterima lebih banyak berkaitan dengan ekpresi emosi dan perasaan manusia dibandingkan dengan informasi-informasi logis. Dengan adanya ruang untuk update status di media sosial maka masyarakat tertarik untuk menceritakan segala masalahnya, perasaannya, hingga akhirnya lama-lama ketertarikan yang berulang tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan budaya.
Kemudian disadari atau tidak pengaruh gadget telah membuat masyarakat menjadi malas dan kurang terampil. Contohnya saja karena adanya laptop dan aplikasi MS. Word masyarakat lebih tertarik untuk membuat tulisan dengan menggunakan laptop (diketik) daripada menulis dengan menggunakan tulis tangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar