Analisis
Teori Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dalam Kaitannya dengan
Lingkungan Hidup
Oleh
Hafni Resa Az-Zahra
Manusia memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Abraham
Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima kebutuhan dasar yang harus
dicukupi. Berikut adalah tingkat kebutuhan manusia secara hierarkis dari yang
paling dasar.
1.
Kebutuhan Fisiologis (Pshyological)
Kebutuhan
fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar dari manuisa, karena kebutuhan
ini menyangkut fisik manusia. Kebutuhan fisiologis berupa kebutuhan makan,
minum, bernafas, kebutuhan akan pakaian, dll.
Dari
contoh-contoh kebutuhan di atas, seringkali kita tidak sadar bahwa dalam proses
pemenuhan kebutuhannya, ternyata itu berdampak pada lingkungan. Segala
interaksi yang kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan kita memiliki dampak
terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya
saja dari kebutuhan manusia terhadap makanan. Hal ini erat kaitannya dengan
bahan pangan. Bahan pangan manusia didapat dari hasil pertanian, perkebunan,
dan peternakan. Mungkin secara kasat mata kita tidak pernah menyadari apalagi
sampai mengkaji lebih jauh bagaimana prosesnya sehingga semua bahan pangan
tersebut bisa kita konsumsi. Padahal jika saja kita mau merenungkannya dari
sudut pandang yang kompleks, secara keseluruhan dengan memerhatikan segala
aspek yang saling keterkaitan, ternyata keputusan kita dalam mengkonsumsi
makanan apa yang akan kita makan itu bisa menentukan terhadap kondisi
lingkungan. Satu keputusan kecil yang kita anggap hal biasa ternyata bisa
berdampak luar biasa bila keputusan itu salah.
Sayur-sayuran,
buah-buahan, biji-bijian, dll., yang bersumber dari hasil pertanian dan perkebunan,
ternyata ada beberapa di antaranya yang dalam proses pengolahan atau
perawatannya memberi dampak negatif atau dengan kata lain merusak lingkungan
kita.
Apa
sajakah itu? Pertama misalkan dari hasil pertanian apapun itu berupa
sayur-sayuran atau buah-buahan yang disemprot oleh pestisida. Sayuran atau
buah-buahan yang disemprot menggunakan pestisida dengan tujuan agar terhindar
dari hama justru itu malah merusak ekosistem alam. Rantai makanan akan terputus
karena hewan-hewan yang merupakan konsumen tingkat II bisa kehilangan sumber
konsumsinya. Mengapa demikian? Karena ulat, belalang, dll., tidak akan
menghinggapi tanaman tersebut jika sudah disemprot oleh pestisida. Bahkan tidak
hanya itu, penggunaan pestisida itu sendiri justru akan kembali berdampak
negatif terhadap kita sebagai manusia. Di dalam pestisida terdapat zat-zat yang
membahayakan jika masuk ke dalam tubuh. Jika pestisida itu disemprotkan pada
sayuran dan buah-buahan, lalu sayuran atau buah-buahan tersebut kita konsumsi
tanpa mencucinya terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami
keracunan pangan. Contoh kasus keracunan pangan terbesar salah satunya adalah
yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1985. Sebanyak 1.373 orang mengalami
keracunan akibat memakan semangka yang ditanam pada tanah yang diperlakukan
dengan pestisida aldicarb (Soerjani, dkk.;155).
Mengerikan
sekali bukan? Ketika dengan pestisida sayuran dan buah-buahan tersebut menjadi
nampak lebih segar dan menarik karena terlihat lebih sempurna tanpa ada lubang-lubang
bekas gigitan ulat, namun ternyata dibalik keindahan itu tersimpan racun yang
bisa membahayakan tubuh serta merusak ekosistem.
Oleh
karena itu, hal yang sebaiknya dilakukan adalah membiarkan alam berjalan
sebagaimana mestinya. Artinya di sini saat berkebun atau bertani, janganlah
menyemprotkan pestisida untuk mengusir hama. Jika ingin hama tidak mengganggu
hasil tani dan perkebunan, maka periksalah setiap hari pesawahan, kebun
sayuran, dll dan jika terdapat hama maka buang atau manfaatkanlah seperti
belalang bisa dimasak, agar tidak membahayakan lingkungan dan manusia.
Masalah
pangan yang bersumber dari tumbuhan tidak cukup sampai di situ. Ada pula
masalah lain, seperti masalah eksploitasi tanaman yang berlebihan. Eksploitasi
tanaman yang berlebihan ini akan membuat tanah ditanami oleh tanaman yang
terus-terusan sama jika tanaman tersebut sudah dipanen. Mungkin akan ada
pertanyaan mengapa hal itu bisa menjadi masalah. Apa salahnya jika sebuah tanah
ditanami tanaman yang sama terus-terusan? Tentu saja hal itu akan menjadi
masalah. Alasannya karena jika sebidang tanah ditanami tanaman yang
terus-terusan sama, maka akan ada kecenderungan tanah tersebut kehabisan unsur
hara yang sama. Sebuah tanaman yang ditanam pada sebidang tanah akan menghisap
unsur-unsur hara tertentu yang dibutuhkan dan terdapat di dalam tanah tersebut.
Jika saja tanaman yang ditanam masih tanaman yang sama, maka lama kelamaan
unsur hara tertentu yang terdapat pada sebidang tanah tersebut akan habis
karena terus-terusan dihisap oleh tanaman sama yang membutuhkannya. Maka dari
itu solusi yang bisa kita lakukan untuk menjaga kestabilan lingkungan dalam hal
unsur hara adalah dengan melakukan rotasi penanaman. Misalkan jika kita sudah
menanam daun bawang, maka beberapa bulan selanjutnya setelah dipanen kita bisa
menanam jagung, dll., yang penting apa yang ditanam itu haruslah bergiliran. Memang
dengan memberi pupuk pun itu bisa, hanya akan lebih bijak lagi dengan melakukan
rotasi penanaman agar tanah tidak mengalami kejenuhan.
Selain
dari tanah, sumber makanan manusia juga bisa didapatkan dari hasil laut berupa
perikanan. Sering kita amati bahwa beberapa nelayan justru menangkap ikan bukan
lagi dengan jala, melainkan dengan menggunakan bahan peledak (bom ikan). Bom
tersebut diledakkan di air hingga ikan-ikan mati kemudian ikan-ikan tersebut
ditankap. Tentunya hal itu sangat tidak beretika. Penangkapan ikan dengan bahan
peledak merusak ekosistem laut. Bukan hanya ikan saja yang mati, melainkan
biota-biota laut yang lain seperti terumbu karang pun ikut-ikutan mati. Padahal
dibutuhkan puluhan juta tahun agar terumbu karang tersebut dapat tumbuh
kembali. Selain itu juga menangkap ikan dengan bahan peledak bisa membuat
konsumen mengalami keracunan pangan. Maka dari itu dibutuhkan hukum yang tegas
dalam mengatur cara penangkapan ikan, karena kebijakan yang kurang tegas maka
sampai saat ini masih saja ada yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan
peledak. Solusi lain yang harus dilakukan adalah meyakinkan para nelaya untuk
menjaring ikan dengan jaring perangkap yang bisa ditanam di laut, jadi jalanya
didiamkan di laut, diikat pada beberapa tiang, kemudian didiamkan selama satu
hari dan hari selanjutnya barulah diambil.
Dari
masalah pangan di atas baik itu pada bidang pertanian maupun perikanan,
tentunya faktor yang tak kalah harus diutamakan sebagai solusinya adalah dengan
menanamkan pemahaman kepada masyarakat untuk membantu kesejahteraan petani dan
nelayan. Bagaimana masyarakat harus membeli hasil tani, kebun, dan hasil
tangkapan ikan, yang merupakan produk lokal (tanpa mengimpor dari negara lain)
dengan harga yang wajar sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Kemudian
hal lain yang perlu disoroti adalah bahan makanan yang diolah berdasarkan
proses insdustri. Banyak makanan-makanan instan atau makanan olahan yang kita
konsumsi dibuat di pabrik yang ternyata tidak memerhatikan dampaknya terhadap
lingkungan. Contoh seperti pabrik-pabrik makanan ringan, dll. Atau yang dekat
saja dengan lingkungan di Kabupaten Sumedang adalah pabrik tahu. Ada beberapa
pabrik yang hasil limbah tahunya tidak ditampung di temapt khusus melainkan
langsung dialirkan ke sungai atau selokan terdekat. Maka yang terjadi tentunya
adalah pencemaran air. Oleh karena itu solusinya adalah dengan memperketat perizinan
pendirian industri. Jika ada pihak yang ingin mendirikan pabrik industri maka
harus diteliti dulu tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) nya.
Jika memang industri tersebut sudah memenuhi kriteria misalkan direncanakan
tentang bagaimana mengelola limbah industrinya, maka industri tersebut boleh
didirikan.
Kebutuhan
fisiologis yang lain selain dari bahan makanan adalah dari hal minuman. Manusia
memiliki kebutuhan akan minum. Banyak sekali minuman kemasan yang kita ketahui
beredar di pasaran Indonesia. Semuanya dikemas dalam kaleng atau botol-botol
plastik yang susah terurai. Karenanya lebih baik kita membawa minuman sendiri
dari tempat minum sendiri, misalkan gelas plastik bertutup yang bisa digunakan
berkali-kali. Bukan dengan kemasan yang sekali buang. Selain menjadi lebih irit
itu juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Di beberapa negara seperti
Saudi Arabia yang mengelola air dengan baik, itu disediakan keran-keran
dipinggir jalan untuk minum masyarakat. Jika masyarakat sedang dalam perjalanan
dan merasa kehausan maka bisa minum dari sana. Indonesia mungkin jauh untuk
sampai ke sana, karena minimnya daerah resapan air dan pencemaran air yang
marak terjadi, maka air bersih sulit didapat. Karenanya daripada tidak sama
sekali membantu mengurangi kerusakan lingkungan, lebih baik membawa air sendiri
dari rumah untuk minum daripada harus membeli minuman kemasan yang bekasnya
menjadi sampah yang susah terurai.
Selanjutnya
adalah kebutuhan akan pakaian. Manusia membutuhkan pakaian dalam beraktivitas.
Namun dalam pemenuhan tersebut terkadang manusia malah merusak keseimbangan
alam dengan memanfaatkan bahan-bahan yang bersumber dari hewan-hewan langka.
Seperti kulit harimau, kulit buaya, sepatu, dll untuk dijadikan pakaian dan
aksesori. Maka solusinya kembali kepada kebijakan pemerintah sendiri, harus
membuat aturan hukum yang tegas. Juga ditanamkan kepada masyarakat kesadaran
akan kepunahan hewan-hewan langka, agar masyarakat mau ikut menjaganya dengan
tidak membeli produk pakaian yang bersumber dari hewan-hewan tersebut.
2.
Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety).
Manusia
dalam melangsungkan kehidupannya membutuhkan rasa aman. Aman dari ancaman,
penjajahan, teror, dll. untuk memenuhi kebtuhan akan rasa aman tersebut
tentulah manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung.
Semakin
bertambah jumlah penduduk suatu negara, semakin bertambah pula jumlah perumahan
atau hunian. Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak iklan di televisi yang
menawarkan bisnis-bisnis properti seperti perumahan, apartemen, dll. Namun
sadar atau tidak kita sadari, bahwa ternyata pembangunan tersebut berdampak
pula pada kerusakan lingkungan. Pertama disoroti dari material-material
pembangunnya, seperti kayu, pasir, batu, dll. Semua itu tentulah bersumber dari
alam, yang jika dieksplotasi berlebihan tentu akan menimbulkan kerusakan alam. Mulai
dari penebangan pohon secara ilegal dan berlebihan yang berdampak pada bencana
longsor, banjir, rusaknya ekosistem hutan, dan menipisnya paru-paru dunia. Ada
pula penambangan pasir yang membuat kaki pegunungan menjadi gersang, seperti di
daerah Cibeureum, kaki gunung Tampomas. Jika ditelusuri ternyata justru tempat
penambangan pasir di sana tidak semuanya mendapat izin dari pemerintah daerah.
Ada beberapa penambangan ilegal yang masih beraktivitas. Dan baik yang ilegal
maupun legal, hanya sedikit perusahaan penambangan yang sadar untuk kembali
menanami daerah bekas penambangannya dengan tanaman dan pepohonan. Oleh karena
itu solusi yang baik untuk dilakukan adalah dengan mengkaji kebijakan dan
perizinan di setiap pemerintah daerah. Karena tidak menutup kemungkinan
perizinan yang mudah untuk membuat komplek apartemen dan perumahan, itu membuat
semakin tingginya angka alih fungsi lahan. Daerah yang semula harusnya menjadi
daerah resapan air, daerah pertanian, malah dijadikan perumahan. Dan hal itu
diperparah dengan buruknya drainase, maka pantaslah jika terjadi banjir. Sudah
tanah resapan air ditutup dengan semen, drainasenya pun buruk. Kemudian
perizinan dalam hal penambangan juga perlu lebih diperhatikan. Jangan sampai
perusahaan penambang pasir dll, mereka mengeruk keuntungan sendiri sementara lingkungan
tidak diperhatikan.
Solusi
lain adalah mendirikan rumah yang ramah lingkungan. Rumah yang ramah lingkungan
adalah yang keseluruhan tanahnya tidak dihabiskan untuk bangunan, melainkan
disisakan untuk pekarangan dan banyak ditanami tumbuhan dan pepohonan, sehingga
adanya sirukulasi udara yang baik dan sinar matahari bisa masuk, serta terdapat
pula daerah resapan air.
3. Kebutuhan
akan Kasih Sayang dan rasa Saling memiliki (Love/Belonging)
Manusia dalam berinteraksi, mereka mabutuhkan relasi
agar terciptanya sebuah kondisi harmonis, rasa kasih sayang, dan saling
memiliki.
Tentunya relasi itu harus dibangun dari
hubungan/pergaulan dalam dimensi persahabatan dan keluarga.
Karena itu manusia membutuhkan sebuah sarana hiburan
atau kegiatan yang bisa menciptakan hubungan tersebut sehingga terciptalah rasa
kasih sayang dan saling memiliki. Misalnya saja dengan kegiatan-kegiatan
outbond, hiking, camping, dll. Selama kegiatan itu mampu menciptakan
kebersamaan dan membangun chemistry satu sama lain maka akan dilakukan manusia
demi memenuhi kebutuhannya. Namun sering kali yang kita lakukan dalam kegiatan
outdoor tersebut adalah hanya mengenal lingkungan, bermain di alam, tanpa mau
menjaga kelestariannya bahkan cenderung merusaknya. Seperti misalkan ketika
kita bersama sahabat-sahabat kita naik ke puncak gunung untuk berlibur. Sebelum
perjalanan kita membawa beberapa bekal makanan dan minuman untuk di puncak.
Setelah sampai di sana kita memakan dan meminumnya, sedangkan bungkus-bungkus
makanan dan minuman tersebut malah kita tinggalkan tidak kita bawa turun
kembali. Di sanalah kita telah merusak lingkungan. Atau justru sampah tersebut
malah kita bakar sehingga terjadinya kebakaran hutan atau pencemaran udara.
Maka dari itu akan menjadi lebih baik ketika kita sambil bermain di alam ikut
juga menjaga kelestariannya. Seperti setelah naik gunung, sampah-sampahnya
dibawa kembali tidak ditinggalkan di sana.
4. Kebutuhan
penghargaan (Esteem)
Kebutuhan penghargaan ini terkait dengan kebutuhan
diri untuk dihargai oleh orang lain, kepercayaan diri, prestasi, dll. Kebutuhan
akan penghargaan ini banyak menyangkut dengan pujian, tanda jasa, hadiah, dll.
Contoh dari kebutuhan akan penghargaan ini ada
beberapa yang terkait dengan lingkungan. Dari tadi banyak disinggung mengenai
kebijakan. Ada kalanya pihak yang memutuskan kebijakan dan yang merasa
keberatan terhadap kebijakan memiliki keinginan untuk sama-sama dihargai. Hanya
saja konteksnya menjadi negatif ketika keinginan untuk dihargai tersebut adalah
memaksakan kehendak dengan cara halus.
Misal tadi di atas, terkait dengan kasus penambangan
pasir ilegal. Sesama manusia pemimpin dari perusahaan penambangan tersebut mempunyai
ego tersendiri sama halnya dengan pemerintah daerah yang membuat kebijakan.
Pemimpin perusahaan penambangan ingin pertambangannya tetap ada, sementara
pemerintah daerah tetap bertahan terhadap kebijakan bahwa penambangan secara
ilegal itu dilarang. Sebagai bentuk penghargaan terhadap pemerintah daerah
terkait, dan untuk melancarkan urusan izinnya maka pemimpin perusahaan
pertambangan tersebut melakukan negosiasi dengan pemerintah daerah agar meski
ilegal penambangan tersebut tetap berlangsung. Dalam hal ini tentunya dengan
mengadakan gratifikasi dan suap terhadap pemerintah daerah, sehingga karena
merasa sama-sama mengerti bagaimana cara untuk menghargai maka perizinan pun
menjadi lancar dan mudah.
Dari sana kita tahu bahwa dibutuhkan solusi yang menyeluruh
dari semua elemen masyarakat untuk ikut mengawasi pemerintahan. Jangan sampai
karena hanya mementingkan penghargaan untuk diri sendiri dan kelompok tertentu
maka kebijakan yang diambil justru berdampak buruk bagi lingkungan.
5. Kebutuhan
aktualisasi diri (Self Actualization)
Manusia perlu mengekspresikan dirinya,
mengaktualisasikan dirinya, menunjukkan eksistensinya tentang siapa dirinya dan
apa yang dirasakannya. Itulah kebutuhan aktualisasi. Salah satu contoh dari
kebutuhan aktualisasi, khususnya bagi perempuan adalah dengan mempercantik diri
terutama dalam momen-momen tertentu. Misalkan dalam sebuah pesta pernikahan,
baik itu pengantin perempuan, keluarga dan kerabatnya, sampai pada tamu-tamu
undangan perepmuan mereka ingin terlihat cantik. Salah satu caranya adalah
dengan menata rambut sedemikan rupa. Dalam proses penataan rambut tersebut ada
sebuah benda yang digunakan yang mempunyai efek untuk membuat rambut tetap
rapi, yaitu hairspray. Jika dikaji
lebih jauh, ternyata hairspray itu
mempunyai zat berbahaya. Propellan alkohol yang terkandung dalam hairspray
sama-sama bisa menyumbangkan penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon
sehingga berdampak pada pemanasan global.
Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan jika
ingin terlihat lebih cantik di pesta adalah dengan menggunakan jilbab untuk
perempuan muslim. Karena dengan jilbab perempuan akan terlihat lebih cantik.
Dan itu tidak perlu penataan rambut yang ribet sampai menggunakan hairspray.
Bahkan jilbab masa kini juga sudah banyak modelnya sehingga cocok juga untuk
dipakai ke pesta. Atau jika yang enggan menggunakan jilbab, tatalah rambut
sebaik dan serapi mungkin namun tidak perlu menggunakan hairspray.
Semua pemaparan
di atas merupakan contoh-contoh kecil yang baik kita sadari atau tidak ternyata
mempunyai dampak bagi lingkungan. Kita tinggal dalam dimensi ruang, sehingga
kegiatan apapun yang kita lakukan pastilah berhubungan dengan konteks
keruangan, bersinggungan dengan lingkungan. Maka dari itu kita harus berpikir
terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan atau melakukan
aktivitas-aktivitas, mana yang kiranya baik dan mendatangkan manfaat bagi
masyarakat dan lingkungan, mana yang justru sebaliknya malah berdampak negatif
pada lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar