Senin, 29 Desember 2014

Analisis Teori Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dalam Kaitannya dengan Lingkungan Hidup



Analisis Teori Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow dalam Kaitannya dengan Lingkungan Hidup
Oleh Hafni Resa Az-Zahra

Manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat melangsungkan hidupnya dengan baik. Abraham Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima kebutuhan dasar yang harus dicukupi. Berikut adalah tingkat kebutuhan manusia secara hierarkis dari yang paling dasar.
1.      Kebutuhan Fisiologis (Pshyological)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar dari manuisa, karena kebutuhan ini menyangkut fisik manusia. Kebutuhan fisiologis berupa kebutuhan makan, minum, bernafas, kebutuhan akan pakaian, dll.
Dari contoh-contoh kebutuhan di atas, seringkali kita tidak sadar bahwa dalam proses pemenuhan kebutuhannya, ternyata itu berdampak pada lingkungan. Segala interaksi yang kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan kita memiliki dampak terhadap lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya saja dari kebutuhan manusia terhadap makanan. Hal ini erat kaitannya dengan bahan pangan. Bahan pangan manusia didapat dari hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan. Mungkin secara kasat mata kita tidak pernah menyadari apalagi sampai mengkaji lebih jauh bagaimana prosesnya sehingga semua bahan pangan tersebut bisa kita konsumsi. Padahal jika saja kita mau merenungkannya dari sudut pandang yang kompleks, secara keseluruhan dengan memerhatikan segala aspek yang saling keterkaitan, ternyata keputusan kita dalam mengkonsumsi makanan apa yang akan kita makan itu bisa menentukan terhadap kondisi lingkungan. Satu keputusan kecil yang kita anggap hal biasa ternyata bisa berdampak luar biasa bila keputusan itu salah.
Sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dll., yang bersumber dari hasil pertanian dan perkebunan, ternyata ada beberapa di antaranya yang dalam proses pengolahan atau perawatannya memberi dampak negatif atau dengan kata lain merusak lingkungan kita.
Apa sajakah itu? Pertama misalkan dari hasil pertanian apapun itu berupa sayur-sayuran atau buah-buahan yang disemprot oleh pestisida. Sayuran atau buah-buahan yang disemprot menggunakan pestisida dengan tujuan agar terhindar dari hama justru itu malah merusak ekosistem alam. Rantai makanan akan terputus karena hewan-hewan yang merupakan konsumen tingkat II bisa kehilangan sumber konsumsinya. Mengapa demikian? Karena ulat, belalang, dll., tidak akan menghinggapi tanaman tersebut jika sudah disemprot oleh pestisida. Bahkan tidak hanya itu, penggunaan pestisida itu sendiri justru akan kembali berdampak negatif terhadap kita sebagai manusia. Di dalam pestisida terdapat zat-zat yang membahayakan jika masuk ke dalam tubuh. Jika pestisida itu disemprotkan pada sayuran dan buah-buahan, lalu sayuran atau buah-buahan tersebut kita konsumsi tanpa mencucinya terlebih dahulu, tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami keracunan pangan. Contoh kasus keracunan pangan terbesar salah satunya adalah yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1985. Sebanyak 1.373 orang mengalami keracunan akibat memakan semangka yang ditanam pada tanah yang diperlakukan dengan pestisida aldicarb (Soerjani, dkk.;155).
Mengerikan sekali bukan? Ketika dengan pestisida sayuran dan buah-buahan tersebut menjadi nampak lebih segar dan menarik karena terlihat lebih sempurna tanpa ada lubang-lubang bekas gigitan ulat, namun ternyata dibalik keindahan itu tersimpan racun yang bisa membahayakan tubuh serta merusak ekosistem.
Oleh karena itu, hal yang sebaiknya dilakukan adalah membiarkan alam berjalan sebagaimana mestinya. Artinya di sini saat berkebun atau bertani, janganlah menyemprotkan pestisida untuk mengusir hama. Jika ingin hama tidak mengganggu hasil tani dan perkebunan, maka periksalah setiap hari pesawahan, kebun sayuran, dll dan jika terdapat hama maka buang atau manfaatkanlah seperti belalang bisa dimasak, agar tidak membahayakan lingkungan dan manusia.
Masalah pangan yang bersumber dari tumbuhan tidak cukup sampai di situ. Ada pula masalah lain, seperti masalah eksploitasi tanaman yang berlebihan. Eksploitasi tanaman yang berlebihan ini akan membuat tanah ditanami oleh tanaman yang terus-terusan sama jika tanaman tersebut sudah dipanen. Mungkin akan ada pertanyaan mengapa hal itu bisa menjadi masalah. Apa salahnya jika sebuah tanah ditanami tanaman yang sama terus-terusan? Tentu saja hal itu akan menjadi masalah. Alasannya karena jika sebidang tanah ditanami tanaman yang terus-terusan sama, maka akan ada kecenderungan tanah tersebut kehabisan unsur hara yang sama. Sebuah tanaman yang ditanam pada sebidang tanah akan menghisap unsur-unsur hara tertentu yang dibutuhkan dan terdapat di dalam tanah tersebut. Jika saja tanaman yang ditanam masih tanaman yang sama, maka lama kelamaan unsur hara tertentu yang terdapat pada sebidang tanah tersebut akan habis karena terus-terusan dihisap oleh tanaman sama yang membutuhkannya. Maka dari itu solusi yang bisa kita lakukan untuk menjaga kestabilan lingkungan dalam hal unsur hara adalah dengan melakukan rotasi penanaman. Misalkan jika kita sudah menanam daun bawang, maka beberapa bulan selanjutnya setelah dipanen kita bisa menanam jagung, dll., yang penting apa yang ditanam itu haruslah bergiliran. Memang dengan memberi pupuk pun itu bisa, hanya akan lebih bijak lagi dengan melakukan rotasi penanaman agar tanah tidak mengalami kejenuhan.
Selain dari tanah, sumber makanan manusia juga bisa didapatkan dari hasil laut berupa perikanan. Sering kita amati bahwa beberapa nelayan justru menangkap ikan bukan lagi dengan jala, melainkan dengan menggunakan bahan peledak (bom ikan). Bom tersebut diledakkan di air hingga ikan-ikan mati kemudian ikan-ikan tersebut ditankap. Tentunya hal itu sangat tidak beretika. Penangkapan ikan dengan bahan peledak merusak ekosistem laut. Bukan hanya ikan saja yang mati, melainkan biota-biota laut yang lain seperti terumbu karang pun ikut-ikutan mati. Padahal dibutuhkan puluhan juta tahun agar terumbu karang tersebut dapat tumbuh kembali. Selain itu juga menangkap ikan dengan bahan peledak bisa membuat konsumen mengalami keracunan pangan. Maka dari itu dibutuhkan hukum yang tegas dalam mengatur cara penangkapan ikan, karena kebijakan yang kurang tegas maka sampai saat ini masih saja ada yang menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak. Solusi lain yang harus dilakukan adalah meyakinkan para nelaya untuk menjaring ikan dengan jaring perangkap yang bisa ditanam di laut, jadi jalanya didiamkan di laut, diikat pada beberapa tiang, kemudian didiamkan selama satu hari dan hari selanjutnya barulah diambil.
Dari masalah pangan di atas baik itu pada bidang pertanian maupun perikanan, tentunya faktor yang tak kalah harus diutamakan sebagai solusinya adalah dengan menanamkan pemahaman kepada masyarakat untuk membantu kesejahteraan petani dan nelayan. Bagaimana masyarakat harus membeli hasil tani, kebun, dan hasil tangkapan ikan, yang merupakan produk lokal (tanpa mengimpor dari negara lain) dengan harga yang wajar sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan.
Kemudian hal lain yang perlu disoroti adalah bahan makanan yang diolah berdasarkan proses insdustri. Banyak makanan-makanan instan atau makanan olahan yang kita konsumsi dibuat di pabrik yang ternyata tidak memerhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Contoh seperti pabrik-pabrik makanan ringan, dll. Atau yang dekat saja dengan lingkungan di Kabupaten Sumedang adalah pabrik tahu. Ada beberapa pabrik yang hasil limbah tahunya tidak ditampung di temapt khusus melainkan langsung dialirkan ke sungai atau selokan terdekat. Maka yang terjadi tentunya adalah pencemaran air. Oleh karena itu solusinya adalah dengan memperketat perizinan pendirian industri. Jika ada pihak yang ingin mendirikan pabrik industri maka harus diteliti dulu tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) nya. Jika memang industri tersebut sudah memenuhi kriteria misalkan direncanakan tentang bagaimana mengelola limbah industrinya, maka industri tersebut boleh didirikan.
Kebutuhan fisiologis yang lain selain dari bahan makanan adalah dari hal minuman. Manusia memiliki kebutuhan akan minum. Banyak sekali minuman kemasan yang kita ketahui beredar di pasaran Indonesia. Semuanya dikemas dalam kaleng atau botol-botol plastik yang susah terurai. Karenanya lebih baik kita membawa minuman sendiri dari tempat minum sendiri, misalkan gelas plastik bertutup yang bisa digunakan berkali-kali. Bukan dengan kemasan yang sekali buang. Selain menjadi lebih irit itu juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Di beberapa negara seperti Saudi Arabia yang mengelola air dengan baik, itu disediakan keran-keran dipinggir jalan untuk minum masyarakat. Jika masyarakat sedang dalam perjalanan dan merasa kehausan maka bisa minum dari sana. Indonesia mungkin jauh untuk sampai ke sana, karena minimnya daerah resapan air dan pencemaran air yang marak terjadi, maka air bersih sulit didapat. Karenanya daripada tidak sama sekali membantu mengurangi kerusakan lingkungan, lebih baik membawa air sendiri dari rumah untuk minum daripada harus membeli minuman kemasan yang bekasnya menjadi sampah yang susah terurai.
Selanjutnya adalah kebutuhan akan pakaian. Manusia membutuhkan pakaian dalam beraktivitas. Namun dalam pemenuhan tersebut terkadang manusia malah merusak keseimbangan alam dengan memanfaatkan bahan-bahan yang bersumber dari hewan-hewan langka. Seperti kulit harimau, kulit buaya, sepatu, dll untuk dijadikan pakaian dan aksesori. Maka solusinya kembali kepada kebijakan pemerintah sendiri, harus membuat aturan hukum yang tegas. Juga ditanamkan kepada masyarakat kesadaran akan kepunahan hewan-hewan langka, agar masyarakat mau ikut menjaganya dengan tidak membeli produk pakaian yang bersumber dari hewan-hewan tersebut.

2.      Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety).
Manusia dalam melangsungkan kehidupannya membutuhkan rasa aman. Aman dari ancaman, penjajahan, teror, dll. untuk memenuhi kebtuhan akan rasa aman tersebut tentulah manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung.
Semakin bertambah jumlah penduduk suatu negara, semakin bertambah pula jumlah perumahan atau hunian. Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak iklan di televisi yang menawarkan bisnis-bisnis properti seperti perumahan, apartemen, dll. Namun sadar atau tidak kita sadari, bahwa ternyata pembangunan tersebut berdampak pula pada kerusakan lingkungan. Pertama disoroti dari material-material pembangunnya, seperti kayu, pasir, batu, dll. Semua itu tentulah bersumber dari alam, yang jika dieksplotasi berlebihan tentu akan menimbulkan kerusakan alam. Mulai dari penebangan pohon secara ilegal dan berlebihan yang berdampak pada bencana longsor, banjir, rusaknya ekosistem hutan, dan menipisnya paru-paru dunia. Ada pula penambangan pasir yang membuat kaki pegunungan menjadi gersang, seperti di daerah Cibeureum, kaki gunung Tampomas. Jika ditelusuri ternyata justru tempat penambangan pasir di sana tidak semuanya mendapat izin dari pemerintah daerah. Ada beberapa penambangan ilegal yang masih beraktivitas. Dan baik yang ilegal maupun legal, hanya sedikit perusahaan penambangan yang sadar untuk kembali menanami daerah bekas penambangannya dengan tanaman dan pepohonan. Oleh karena itu solusi yang baik untuk dilakukan adalah dengan mengkaji kebijakan dan perizinan di setiap pemerintah daerah. Karena tidak menutup kemungkinan perizinan yang mudah untuk membuat komplek apartemen dan perumahan, itu membuat semakin tingginya angka alih fungsi lahan. Daerah yang semula harusnya menjadi daerah resapan air, daerah pertanian, malah dijadikan perumahan. Dan hal itu diperparah dengan buruknya drainase, maka pantaslah jika terjadi banjir. Sudah tanah resapan air ditutup dengan semen, drainasenya pun buruk. Kemudian perizinan dalam hal penambangan juga perlu lebih diperhatikan. Jangan sampai perusahaan penambang pasir dll, mereka mengeruk keuntungan sendiri sementara lingkungan tidak diperhatikan.
Solusi lain adalah mendirikan rumah yang ramah lingkungan. Rumah yang ramah lingkungan adalah yang keseluruhan tanahnya tidak dihabiskan untuk bangunan, melainkan disisakan untuk pekarangan dan banyak ditanami tumbuhan dan pepohonan, sehingga adanya sirukulasi udara yang baik dan sinar matahari bisa masuk, serta terdapat pula daerah resapan air.

3.      Kebutuhan akan Kasih Sayang dan rasa Saling memiliki (Love/Belonging)
Manusia dalam berinteraksi, mereka mabutuhkan relasi agar terciptanya sebuah kondisi harmonis, rasa kasih sayang, dan saling memiliki.
Tentunya relasi itu harus dibangun dari hubungan/pergaulan dalam dimensi persahabatan dan keluarga.
Karena itu manusia membutuhkan sebuah sarana hiburan atau kegiatan yang bisa menciptakan hubungan tersebut sehingga terciptalah rasa kasih sayang dan saling memiliki. Misalnya saja dengan kegiatan-kegiatan outbond, hiking, camping, dll. Selama kegiatan itu mampu menciptakan kebersamaan dan membangun chemistry satu sama lain maka akan dilakukan manusia demi memenuhi kebutuhannya. Namun sering kali yang kita lakukan dalam kegiatan outdoor tersebut adalah hanya mengenal lingkungan, bermain di alam, tanpa mau menjaga kelestariannya bahkan cenderung merusaknya. Seperti misalkan ketika kita bersama sahabat-sahabat kita naik ke puncak gunung untuk berlibur. Sebelum perjalanan kita membawa beberapa bekal makanan dan minuman untuk di puncak. Setelah sampai di sana kita memakan dan meminumnya, sedangkan bungkus-bungkus makanan dan minuman tersebut malah kita tinggalkan tidak kita bawa turun kembali. Di sanalah kita telah merusak lingkungan. Atau justru sampah tersebut malah kita bakar sehingga terjadinya kebakaran hutan atau pencemaran udara. Maka dari itu akan menjadi lebih baik ketika kita sambil bermain di alam ikut juga menjaga kelestariannya. Seperti setelah naik gunung, sampah-sampahnya dibawa kembali tidak ditinggalkan di sana.

4.      Kebutuhan penghargaan (Esteem)
Kebutuhan penghargaan ini terkait dengan kebutuhan diri untuk dihargai oleh orang lain, kepercayaan diri, prestasi, dll. Kebutuhan akan penghargaan ini banyak menyangkut dengan pujian, tanda jasa, hadiah, dll.
Contoh dari kebutuhan akan penghargaan ini ada beberapa yang terkait dengan lingkungan. Dari tadi banyak disinggung mengenai kebijakan. Ada kalanya pihak yang memutuskan kebijakan dan yang merasa keberatan terhadap kebijakan memiliki keinginan untuk sama-sama dihargai. Hanya saja konteksnya menjadi negatif ketika keinginan untuk dihargai tersebut adalah memaksakan kehendak dengan cara halus.
Misal tadi di atas, terkait dengan kasus penambangan pasir ilegal. Sesama manusia pemimpin dari perusahaan penambangan tersebut mempunyai ego tersendiri sama halnya dengan pemerintah daerah yang membuat kebijakan. Pemimpin perusahaan penambangan ingin pertambangannya tetap ada, sementara pemerintah daerah tetap bertahan terhadap kebijakan bahwa penambangan secara ilegal itu dilarang. Sebagai bentuk penghargaan terhadap pemerintah daerah terkait, dan untuk melancarkan urusan izinnya maka pemimpin perusahaan pertambangan tersebut melakukan negosiasi dengan pemerintah daerah agar meski ilegal penambangan tersebut tetap berlangsung. Dalam hal ini tentunya dengan mengadakan gratifikasi dan suap terhadap pemerintah daerah, sehingga karena merasa sama-sama mengerti bagaimana cara untuk menghargai maka perizinan pun menjadi lancar dan mudah.
Dari sana kita tahu bahwa dibutuhkan solusi yang menyeluruh dari semua elemen masyarakat untuk ikut mengawasi pemerintahan. Jangan sampai karena hanya mementingkan penghargaan untuk diri sendiri dan kelompok tertentu maka kebijakan yang diambil justru berdampak buruk bagi lingkungan.

5.      Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)
Manusia perlu mengekspresikan dirinya, mengaktualisasikan dirinya, menunjukkan eksistensinya tentang siapa dirinya dan apa yang dirasakannya. Itulah kebutuhan aktualisasi. Salah satu contoh dari kebutuhan aktualisasi, khususnya bagi perempuan adalah dengan mempercantik diri terutama dalam momen-momen tertentu. Misalkan dalam sebuah pesta pernikahan, baik itu pengantin perempuan, keluarga dan kerabatnya, sampai pada tamu-tamu undangan perepmuan mereka ingin terlihat cantik. Salah satu caranya adalah dengan menata rambut sedemikan rupa. Dalam proses penataan rambut tersebut ada sebuah benda yang digunakan yang mempunyai efek untuk membuat rambut tetap rapi, yaitu hairspray. Jika dikaji lebih jauh, ternyata hairspray itu mempunyai zat berbahaya. Propellan alkohol yang terkandung dalam hairspray sama-sama bisa menyumbangkan penyebab terjadinya penipisan lapisan ozon sehingga berdampak pada pemanasan global.
Oleh karena itu, solusi yang bisa dilakukan jika ingin terlihat lebih cantik di pesta adalah dengan menggunakan jilbab untuk perempuan muslim. Karena dengan jilbab perempuan akan terlihat lebih cantik. Dan itu tidak perlu penataan rambut yang ribet sampai menggunakan hairspray. Bahkan jilbab masa kini juga sudah banyak modelnya sehingga cocok juga untuk dipakai ke pesta. Atau jika yang enggan menggunakan jilbab, tatalah rambut sebaik dan serapi mungkin namun tidak perlu menggunakan hairspray.

Semua pemaparan di atas merupakan contoh-contoh kecil yang baik kita sadari atau tidak ternyata mempunyai dampak bagi lingkungan. Kita tinggal dalam dimensi ruang, sehingga kegiatan apapun yang kita lakukan pastilah berhubungan dengan konteks keruangan, bersinggungan dengan lingkungan. Maka dari itu kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan atau melakukan aktivitas-aktivitas, mana yang kiranya baik dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, mana yang justru sebaliknya malah berdampak negatif pada lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar